BAB I
PENDAHULUAN
Psikologi merupakan sebuah istilah yang berasal dari
bahasa Inggris, yaitu “psychology”. Istilah ini pada mulanya berasal
dari kata dalam bahasa Yunani yaitu “psyche”, berarti, jiwa atau daya hidup, sedangkan
“logos” berarti ilmu. Jadi secara harafiah, “psychology” berarti
ilmu yang memepelajari tentang kejiwaan atau “Ilmu Jiwa “.
Sedangkan
perkembangan, Chaplin mengartikan perkembangan sebagai
(1). Perubahan yang berkesinambungan dan progresif dalam
organisme, dari lahir hingga mati
(2)Pertumbuhan
(3)Perubahan
dalam bentuk dan dalam integrasi dari bagian-bagian jasmaniah ke bagian-bagian
fungsional
(4)Kedewasaan
atau kemunculan pola-pola asasi dari tingkah laku yang tidak dipelajari.
Sementara
itu, Reni Akbar Hawadi menafsirkan,”Perkembangan
secara luas menunjuk pada keseluruhan proses perubahan dari potensi yang
dimiliki individu dan tampil dalam kausalitas kemampuan ,sifat dan ciri-ciri
yang baru.
Perkembangan itu menunjukkan suatu proses tertentu, yaitu suatu proses
yang menunjukkan kedepan dan tidak dapat diulangi kembali.dalam perkembangan
manusia terjadi perubahan-perubahan yang sedikit banyak bersifat tetap dan
tidak dapat diulangi. Perkembangan menunjukkan pada perubahan – perubahan dalam
suatu arah yang bersifat maju. Psikologi perkembangan lebih mempersoalkan
factor-faktor umum yang memepengaruhi proses perkembangan yang terjadi di dalam
diri seseorang. Titik berat yang diberikan oleh para psikolog perkembangan
adalah relasi antara kepribadian dan perkembangan.
1.
PENGERTIAN PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
Perkembangan menunjukkan suatu proses tertentu,
yaitu suatu proses yang menuju kedepan dan tidak dapat diulang kembali.
Perkembangan memenunjukkan pada perubahan-perubahan dalam suatu arah yang
bersifat tetap dan maju. Menurut pendapat para ahli psikolog istilah
perkembangan lebih dapat mencerminkan sifat-sifat yang khas mengenai
gejala-gejala psikologis yang nampak. Bertambahnya fungsi-fungsi otak misanya
memungkinkan anak dapat tersenyum, berjalan, bercakap-cakap, dan lain sebagainya.
Suatu definisi yang relevan yang dikemukakan oleh
monks adalah: “ perkembangan psikologik merupakan suatu proses yang dinamik.
Dalam proses tersebut sifat individu dan sifat lingkungan akhirnya merupakan
tingkah laku apa yang akan diaktualisasi dan dimanifestasi. Perkembangan juga
berhubungan dengan proses belajar terutama mengenai isinya, yaitu mengenai apa
yang akan berkembang berkaitan dengan tingkah laku belajar.
Psikologi perkembangan lebih mempersoalkan
faktor-faktor yaang umum yang mempengaruhi proses perkembangan yang terjadi di
dalam diri kepribadian yang khas itu. Titik
berat yang diberikan oleh para psikolog perkembangan ada pada relasi antara
kepribadian dan perkembangan. Hal itu disebabkan oleh pendapat sebagian besar
para psikolog bahwa keseluruhan kepribadian itulah yamg berkembang meskipun
beberapa komponen dapat lebih menonjol perkembangannya pada masa-masa tertentu
daripadad komponen yang lain, misalnya fungsi indera dan fungsi motorik
menonjol pada tahun-tahun pertama. Adapun definisi oleh para ahli yaitu menurut
Prof. Dr. FJ. Monks, Prof. Dr. A.M.P. Knoers dan Prof. Dr. Siti Rahayu Haditoro
dalam psikologi perkembangan: “psikologi perkembangan adalah suatu ilmu yang
lebih mempersoalkan faktor-faktor umum yang mempengaruhi proses perkembangan
(perubahan) yang terjadi dalam diri pribadi sesorang, dengan menitikberatkan
pada relasi antara kepribadian dan perkembangan”. Menurut Dra. Kartini Kartono
dalam psikilogi anak: “psikologi perkembangan (psikologi anak) adalah suatu
ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia yang dimulai dengan periode masa
bayi, anak pemain, anak sekolah, masa remaja, sampai periode adolesens
menjelang dewasa”. Dalam Encyclopedia Internaational: “ Developmental
psychology is a branch of psychology devoted been placed on the search for
those elements of behavior in the child wich are thought to be prerequisite for
complex adult behavior”, (psikologi permbangan adalah suatu cabang dari
psikologi yang mengetengahkan pembahasan tentang perilaku anak. Secara historis
titik berat pembahasannya pada penganalisaan elemen-elemen perilaku anak yang
dimungkinkan akan menjadi sarat terbentuknya perilaku dewasa yang komplek).
Psikologi perkembangan yakni suatu cabang dari psikologi yang membahas tentang
gejala jiwa seseorang sejak masa konsepsi hingga dewasa.
Perkembangan pribadi
sebagai perubahan kualitatif daripada setiap fungsi kepribadian akibat dari
pertumbuhan dan belajar. Fungsi-fungsi keporibadian manusia berhubungan dengan
aspek jasmaniah dan aspek kejiwaan. Fungsi-fungsi kepribadian yang jasmaniah
misalnya:
1. Fungsi motorik pada bagian-bagian
tubuh.
2. Fungsi sensoris pada alat-alat indera.
3. Fungsi neurotik pada sistem syaraf.
4. Fungsi seksual pada bagian-bagian tubuh
yang erotis.
5. Fungsi pernapasan pada alat pernapasan.
6. Fungsi peredaran darah pada jantung dan
urat-urat nadi.
7. Fungsi pencernaan makanan pada alat
pencernaan.
Sedangkan fungsi-fungsi
kepribadian yang bersifat kejiwaan misalnya:
1. Fungsi perhatian.
2. Fungsi pengamatan.
3. Fungsi tanggapan.
4. Fungsi ingatan.
5. Fungsi fantasi.
6. Fungsi fikiran.
7. Fungsi perasaan.
8. Fungsi kemauan.
Pertumbuhan dan perkembangan ada
kesamaannya yaitu setidak-tidaknya kedua istilah tersebut menunjukkan adanya
proses tertentu dan terjadinya perubahan-perubahan menuju kedepan (taraf yang
lebih tinggi), serta tidak dapat begitu saja diulang kembali. Ruang lingkup
dari pembahasan ilmu ini: bahwa psikologi perkembangan merupakan:
a. Cabang dari psikologi
b. Obyek pembahannya ialah prilaku atau
gejala jiwa seseorang.
c. Tahapan dimulai dari masa konsepsi
hingga masa dewasa.
Faedah praktis mempelajari psikologi
perkembangan yang dapat dikemukakan disini antara lain:
a. Untuk memahami garis besar, pola umum
perkembangan dan pertumbuhan anak pada tiap-tiap fasenya.
b. Dapat memunculkan sikap senang bergaul
dengan orang lain terutama anak-anak, remaja, dengan penuh perhatian kepada
mereka baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, ataupun masyarakat.
c. Dapat mengarahkan sesorang untuk
berbuat dan berprilaku yang selaras dengan tingkat perkembangan orang lain.
d. Khususnya bagi pendidik dapat memehami
dan memberikan bimbingan kepada anak, sesuai dengan taraf perkembangan anak
didiknya, sehingga proses pendidikan akan berjalan dengan sukses dalam
mencapai tujuannya.
BAB II
PENDEKATAN DAN METODE DALAM PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
Pedekatan-pendekatan
yang biasa dipakai di Psikologi perkembangan adalah :
1.Pendekatan
Cross-sectional
Pendekatan Cross-sectional adalah suatu pendekatan yang dipergunakan
untuk melakukan penelitian terhadap beberapa kelompok anak dalam jangka waktu
yang relative singkat. Dalam pendekatan ini penelitian dilakukan terhadap
orang-orang atu kelompok orang dari tingkat umur yang berbeda-beda.
Kelompok-kelompok yang berbeda tersebut dapat dibandingkan dalam halkeberagaman
variable terikat, sepeti IQ, memori, relasi teman sebaya, kedekatan dengan
orang tua, perubahan hormone, dan lain-lain. Melalui pendekatan
kros-sektionalini dapat diperoleh pengertian yang lebih baik akan factor yang
khas atau yang kurang khas bagi kelompok-kelompok yang diperbandingkan.
Keuntungan utama dalam pendekatan kros-sektional ini adalah bahwa para
peneliti tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama untuk menunggu individu
bertumbuh. Adapun kelemahan pendekan ini adalah bahwa pendekatan ini tidak
member informasi tentang bagaimana individu berubah atau tentang stabilitas
karakteristiknya. Naik turunya perkembangan dapat menjadi tidak jelas.
2.
Pendekatan
Longitudinal
Pendekatan longitudinal adalah pendekatan dalam penelitian yang dilakukan
dengan cara menyelidiki anak dalam jangka waktu yang lama, misalnya mengikuti
perkembangan sesorang dalam jangka waktu tertentu, seperti selama masa
kanak-kanak atau selama masa remaja. Kelebihan
dan kelemahannya antara lain:
Sampel lebih sedikit, sehingga memungkinkan untuk melakukan analisa terhadap pertumbuhan dan perkembangan setiap individu.
Sampel lebih sedikit, sehingga memungkinkan untuk melakukan analisa terhadap pertumbuhan dan perkembangan setiap individu.
Memungkinkan mengetahui gangguan-gangguan dalam perkembangan, baik secara
pribadi maupu dalam kelompok. Memungkinkan
melakukan analisa terhadap hubungan antara proses pertumbuhan, baik aspek
kematangan maupun pengalaman, karena data yang diperoleh berasal dari anak yang
sama.
Memberikan kesempatan untuk menganalisa efek lingkungan terhadap perubahan tingkah laku dan kepribadian.
Memberikan kesempatan untuk menganalisa efek lingkungan terhadap perubahan tingkah laku dan kepribadian.
Sedangkan kelemahan dari pendekatan ini
adalah : Membutuhkan waktu
yang yang lama dan biaya yang besar. Memerlukan
banyak peneliti yang kemungkinan memiliki pengalaman yang berbeda-beda. Kemungkinan terjadinya gangguan dalam selang waktu
penelitian yang sedang dilakukan, misalnya bila orang pindah tempat atau
meninggal.
3.
Pendekatan
Sekuensial
Kombinasi pendekatan kros-sektional dan pendekatan longitudinal inilah
yang dinamakan pendekatan sekuensial. Dalam banyak hal, pendekatan ini mulai
dengan studi kros-sektional yang mencakup individu dari usia yang berbeda.
Berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelah pengukuran awal, individu yang sama
diuji lagi (ini merupakan aspek longitudinal dari rancangan) Pada waktu
selanjutnya,, sekelompok subjek baru diukur pada masing-masing tingkat usia. Kelompok
baru pada masing-masing tingkat ditambahkan pada waktu berikutnya untuk
mengontrol perubahan yang (gugur) dari studi, atau pengujian ulang mungkin
telah meningkatkan kinerja mereka.
Meskipun pendekatan ini kompleks, mahal, dan lama, namun benar-benar memberikan informasi yang tidak mungkin diperoleh dari pendekatan kros-sektional dan pendekatan longitudinal. Pendekatan sekuensial sangat berguna, terutama dalam menguji pengaruh kohor
Meskipun pendekatan ini kompleks, mahal, dan lama, namun benar-benar memberikan informasi yang tidak mungkin diperoleh dari pendekatan kros-sektional dan pendekatan longitudinal. Pendekatan sekuensial sangat berguna, terutama dalam menguji pengaruh kohor
4.
Pendekatan
Cross-cultural
Pendekatan cross-cultural adalah suatu pendekatan dalam penelitian yang
mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan atau kebudayaan yang berpengaruh
terhadap perkembangan anak. Pendekatan ini dilakukan terhadap kelompok-kelompok
yang berbeda latar belakang kebudayaanya, baik melalui percobaan, maupun tes
pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan pengumpulan data lainya untuk
diolah dan dianalisa persamaan dan perbedaanya.
Dengan demikian pendekatan lintas-budaya (cross-cultural) mengenai urutan-urutan dalam perkembangan, pentahapan dalam perkembangan, apakah merupakan norma yang universal atau berlaku pada suatu kelompok keturunan tertentu, dapat diselidiki dengan latar belakang kebudayaan yang sangat berbeda.
Dengan demikian pendekatan lintas-budaya (cross-cultural) mengenai urutan-urutan dalam perkembangan, pentahapan dalam perkembangan, apakah merupakan norma yang universal atau berlaku pada suatu kelompok keturunan tertentu, dapat diselidiki dengan latar belakang kebudayaan yang sangat berbeda.
1)
Metode
Observasi
•
Adalah
suatu cara yang dilakukan untuk mengamati semua tingkah laku yang terlihat
dalam jangka waktu tertentu atau pada tahap perkembangan tertentu . Terdiri
dari observasi alami dan observasi terkontrol.
1.) 2.)Metode Experimen
•
Adalah
metode penelitian dalam psikologi perkembangan dengan melakukan
kegiatan-kegiatan percobaan pada anak. Penggunaan metode ini dalam penelitian
terhadap anak-anak tidaklah mudah, karena anak-anak sangat sugestible, mudah
dipengaruhi, bertingkah laku semaunya, sering sulit diberikan pengertian, dan
sukar diketahui dengan jelas apa yang dimaksudkan
oleh anak itu. Dan biasanya diadakan percobaan ulang untuk mendapatkan hasil
untuk dicocokkan dengan hasil yang pertama.
3.)Metode
Klinis
•
Adalah
suatu metode penelitian yang khusus ditujukan kepada anak-anak dengan cara
mengamat-amati, mengajak bercakap-cakap dan tanya jawab. Cara ini diterapkan
dalam rangka untuk memperoleh kesimpulan adanya kelainan jiwa untuk
selanjutnya, dapat diberikan pengobatan.
4.)
Metode Tes
Adalah metode
yang digunakan untuk mengadakan pengukuran tertentu terhadap objeknya. Tes
merupakan instrument penelitian yang penting dalam psikologi kontenporer, yang
digunakan untuk mengukur segala jenis kemampuan, minat, sikap dan hasil kerja.
5.)Metode
Interview
Menggunakan
metode inisangat lazim dan praktis digunakan oleh para orang tua pendidik untuk
menyelidiki kondisi anak-anak didiknya dengan cara mengadakan tanya jawab atau
wawancara . Walaupun tampaknya sederhana, metode ini pun membutuhkan adanya
ketrampilan tersendiri dan menghindari kesan yang dibuat-buat (semu), sehingga
menyulitkan diperolehnya data yang dikehendaki yakni data yang asli.
6.)Metode
Questionnare
Penggunaanya
cukup dengan menyodorkan daftar pertanyaan yang sudah disistematisasi
sedemikian rupa dan diselaraskan dengan tujuan penelitian untuk dapat dijawab
secara tepat dan benar. Yang perlu diperhatikan pada metode ini antara lain
bahasa untuk dapat dimengerti anak. Setelah jawaban diperoleh, pekerjaan
selanjutnya ialah menarik kesimpulan.
7.)
Metode Collection
Ini dapat
dikerjakan dengan mengumpulkan segala sesuatu yang merupakan karya/kegemaran
anak-anak, antara lain: Surat-surat,catatan harian(diary0, karangan, perangko,
lukisan, foto, dll. Dari bahan-bahan tersebut sangat bermanfaat untuk
dipelajari dan selamjutnya dianalisis serta diambil kesimpulan
BAB III
PROSES DAN TAHAPAN PERKEMBANGAN
PROSES PERKEMBANGAN
Ada 3 macam Proses
perkembangan diantaranya :
a. Periodesasi yang berdasarkan biologis
b. Periodesasi yang berdasarkan didaktis
c. Periodesasi yang berdasarkan psikologis
A. PERIODESASI
YANG BERDASARKAN BIOLOGIS
Periodesasi
yang berdasarkan Biologis adalah para ahli kejiwaan mendasarkan pembahasannya
pada kondisi atau proses pertumbuhan biologis anak.
ARISTOTELES
mengemukakan 3 fase perkembangan anak yaitu :
Fase I : umur 0,0 – 7,0 adalah masa bermain.
Fase II : umur 7,0
– 14,0 adalah masa sekolah dasar.
Fase III : umur 14,0
– 21,0 adalah masa purbertas.
Pendapat ini dikategorikan pada periodesasi yang
berdasarkan pada biologis karena Aristoteles menunjukkan bahwa antara Fase I
dan Fase II itu ditandai dengan adanya pergantian gigi, serta batas antara Fase
II dan Fase III ditandai dengan mulai bekerjanya/berfungsinya organ kelamin.
B. PERIODESASI
BERDASARKAN DIDAKTIS
Yang dimaksud dari tinjauan ini adalah dari segi keperluan/materi apa
kiranya yang tepat diberikan kepada anak didik pada masa-masa tertentu, serta
memikirkan tentang kemungkinan metode yang paling efektif untuk diterapkan di
dalam mengajar atau mendidik anak pada masa tertentu tersebut.
Jean
Jacques Rousseau, dengan karya terkenalnya “Emile eu du l’education” (1672)
didalamnya terdapat tahapan perkembangan anak antara lain :
Usia 0,0 – 2,0 : masa
asuhan (Nursery)
Usia 2,0 – 12,0 : masa
pendidikan jasmani dan alat-alat indera
Usia 12,0 – 15,0 : masa
perkembangan pikiran
Usia 15,0 – 20,0 : masa
pembentukan watak dan kesusilaan
D. PERIODESASI
BERDASARKAN PSIKOLOGI
Bagian
ini membahas gejala perkembangan jiwa anak, berorientasi dari sudut pandang
psikologis.
Charlotte
Buhler, dalam bukunya Psychologis der Puberteitsjaran membagi perkembangan anak
menjadi beberapa Fase diantaranya :
Fase I : (0,0 – 1,0) perkembangan sikap subyektif menuju obyektif.
Fase II : (1,0
– 4,0) mengenal dunia sekitar secara subyektif.
Fase III : (4,0 – 8,0) hubungan diri dengan lingkungan social.
Fase IV : (8,0 – 13,0) mulai memisahkan diri dari orang lain.
Fase V : (13,0
– 19,0) masa kematangan.
TAHAPAN PERKEMBANGAN
1. Teori
Perkembangan Psikososial dr.Erik Erikson
Erik
Erikson (1902 – 1994), tahap-tahap perkembangan manusia dari lahir sampai mati
dipengaruhi oleh interaksi social dan budaya antara masyarakat terhadap
perkembangan kepribadian. Perkembangan psikologis dihasilkan dari interaksi
antara proses-proses maturasional atau kebutuhan biologis dengan tuntutan
masyarakat dan kekuatan-kekuatan social yang dihadapi dalam kehidupan
sehari-hari. Erikson membahas perkembangan psikologis disepanjang kehidupan
manusia dan bukan antar masa bayi dan remaja. Adapun Erikson membagi fase-fase
perkembangan sebagai berikut:
1. Fase Bayi (0–1tahun)
Bagi
Erikson kegiatan bayi tidak terikat dengan mulut semata. Pada tahap ini bayi
hanya memasukkan (incorporation), bukan hanya melalui mulut (menelan) tetapi
juga dari semua indera. Tahap sensori oral ditandai oleh dua jenis inkorporasi:
mendapat (receiving) dan menerima (accepting). Tahun pertama kehidupannya, bayi
memakai sebagian besar waktunya untuk makan, eliminasi (buang kotoran), dan
tidur. Ketika ia menyadari ibu akan memberi makan/minum secara teratur, mereka
belajar dan memperoleh kualitas ego atau identitas ego yang pertama, perasaan
kepercayaan dasar (basic trust). Bayi harus mengalami rasa lapar, haus, nyeri,
dan ketidaknyamanan lain, dan kemudian mengalami perbaikan atau hilangnya
kondisi yang tidak menyenangkan itu. Dari peristiwa itu bayi akan belajar
mengharap bahwa hal yang menyakitkan ke depan bisa berubah menjadi
menyenangkan. Bayi menangkap hubungannya dengan ibu sebagai sesuatu yangkeramat(numinous).
2. FaseAnak-Anak(1–3tahun)
Dalam teori Erikson, anak memperoleh kepuasan bukan dari keberhasilan mengontrol alat-alat anus saja, tetapi juga dari keberhasilan mengontrol fungsi tubuh yang lain seperti urinasi, berjalan, melempar, memegang, dan sebagainya. Pada tahun kedua, penyesuaian psikososial terpusat pada otot anal-uretral (Anal-Urethral Muscular); anak belajar mengontrol tubuhnya, khususnya yang berhubungan dengan kebersihan. Pada tahap ini anak dihadapkan dengan budaya yang menghambat ekspresi diri serta hak dan kewajiban. Anak belajar untuk melakukan pembatasan-pembatasan dan kontrol diri dan menerima kontrol dari orang lain. Hasil mengatasi krisis otonomi versus malu-ragu adalah kekuatan dasar kemauan. Ini adalah permulaan dari kebebasan kemauan dan kekuatan kemauan (benar-benar hanya permulaan), yang menjadi ujud virtue kemauan di dalam egonya. Pada tahap ini pola komunikasi mengembangkan penilaian benar atau salah dari tingkah laku diri dan orang lain, disebut bijaksana (judicious).
Dalam teori Erikson, anak memperoleh kepuasan bukan dari keberhasilan mengontrol alat-alat anus saja, tetapi juga dari keberhasilan mengontrol fungsi tubuh yang lain seperti urinasi, berjalan, melempar, memegang, dan sebagainya. Pada tahun kedua, penyesuaian psikososial terpusat pada otot anal-uretral (Anal-Urethral Muscular); anak belajar mengontrol tubuhnya, khususnya yang berhubungan dengan kebersihan. Pada tahap ini anak dihadapkan dengan budaya yang menghambat ekspresi diri serta hak dan kewajiban. Anak belajar untuk melakukan pembatasan-pembatasan dan kontrol diri dan menerima kontrol dari orang lain. Hasil mengatasi krisis otonomi versus malu-ragu adalah kekuatan dasar kemauan. Ini adalah permulaan dari kebebasan kemauan dan kekuatan kemauan (benar-benar hanya permulaan), yang menjadi ujud virtue kemauan di dalam egonya. Pada tahap ini pola komunikasi mengembangkan penilaian benar atau salah dari tingkah laku diri dan orang lain, disebut bijaksana (judicious).
3. UsiaBermain (3–6 tahun).
Pada tahap ini Erkson mementingkan perkembangan pada fase bermain, yakni;
identifikasi dengan orang tua (odipus kompleks), mengembangkan gerakan tubuh,
ketrampilan bahasa, rasa ingin tahu, imajinasi, dan kemampuan menentukan
tujuan. Erikson mengakui
gejala odipus muncul sebagai dampak dari fase psikososeksual genital-locomotor,
namun diberi makna yang berbeda. Menurutnya, situasi odipus adalah prototip
dari kekuatan yang abadi dari kehidupan manusia. Aktivitas genital pada usia
bermain diikuti dengan peningkatan fasilitas untuk bergerak. Inisiatif yang
dipakai anak untuk memilih dan mengejar berbagai tujuan, seperti kawain dengan
ibu/ayah, atau meninggalkan rumah, juga untuk menekan atau menunda suatu
tujuan. Konflik antara inisiatif dengan berdosa menghasilkan kekuatan dasar
(virtue) tujuan (purpose). Tahap ini dipenuhi dengan fantasi anak, menjadi
ayah, ibu, menjadi karakter baik untuk mengalahkan penjahat.
4. Usia Sekolah(6–12 tahun)
Pada
usia ini dunia sosial anak meluas keluar dari dunia keluarga, anak bergaul
dengan teman sebaya, guru, dan orang dewasa lainnya. Pada usia ini keingintahuan
menjadi sangat kuat dan hal itu berkaitan dengan perjuangan dasar menjadi
berkemampuan (competence). Memendam insting seksual sangat penting karena akan
membuat anak dapat memakain enerjinya untuk mempelajari teknologi dan budayanya
serta interaksi sosialnya. Krisis psikososial pada tahap ini adalah antara
ketekunan dengan perasaan inferior (industry – inveriority). Dari konflik antar
ketekunan dengan inferiorita, anak mengembangkan kekuatan dasar: kemampuan
(competency). Di sekolah, anak banyak belajar tentang sistem, aturan, metoda
yang membuat suatu pekrjaan dapat dilakukan dengan efektif dan efisien.
5. Adolesen (12–20 tahun)
Tahap
ini merupakan tahap yang paling penting diantara tahap perkembangan lainnya,
karena orang harus mencapai tingkat identitas ego yang cukup baik. Bagi
Erikson, pubertas (puberty) penting bukan karena kemasakan seksual, tetapi
karena pubertas memacu harapan peran dewasa pada masa yang akan datang.
Pencarian identitas ego mencapai puncaknya pada fase ini, ketika remaja
berjuang untuk menemukan siapa dirinya. Kekuatan dasar yang muncul dari krisis
identitas pada tahap adolesen adalah kesetiaan (fidelity); yaitu setia dalam
beberapa pandangan idiologi atau visi masa depan. Memilih dan memiliki ediologi
akan memberi pola umum kehidupan diri, bagaimana berpakaian, pilihan musik dan
buku bacaan, dan pengaturan waktu sehari-hari.
6. Dewasa Awal (20-30 tahun)
Pengalaman
adolesen dalam mencari identitas dibutuhkan oleh dewasa-awal. Perkembangan
psikoseksual tahap ini disebut perkelaminan (genitality). Keakraban (intimacy)
adalah kemampuan untuk menyatukan identitas diri dengan identitas orang lain
tanpa ketakutan kehilangan identitas diri itu. Cinta adalah kesetiaan yang
masak sebagai dampak dari perbedaan dasar antara pria dan wanita. Cinta selain
di samping bermuatan intimasi juga membutuhkan sedikit isolasi, karena
masing-masing partner tetap boleh memiliki identitas yang terpisah. Ritualisasi
pada tahap ini adalah Afiliasi, refleksi dari kenyataan adanya cinta,
mempertahankan persahabatan, ikatan kerja.
7. Dewasa (30–65 tahun)
Tahap dewasa adalah waktu menempatkan diri di masyarakat dan ikut
bertanggung jawab terhadap apapun yang dihasilkan dari masyarakat. Kualitas sintonik tahap dewasa adalah generativita,
yaitu penurunan kehidupan baru, serta produk dan ide baru. Kepedulian (care)
adalah perluasan komitmen untuk merawat orang lain, merawat produk dan ide yang
membutuhkan perhatian. Kepedulian membutuhkan semua kekuatan dasar ego
sebelumnya sebagai kekuatan dasar orang dewasa. Generasional adalah interaksi
antara orang dewasa dengan generasi penerusnya bisa berupa pemberian hadiah
atau sanjungan, sedangkan otoritisme mengandung pemaksaan. Orang dewasa dengan
kekuatan dan kekuasaannya memaksa aturan, moral, dan kemauan pribadi dalam
interaksi.
8. UsiaTua (>65 tahun)
Menjadi
tua sudah tidak menghasilkan keturunan, tetapi masih produktif dan kreatif
dalam hal lain, misalnya memberi perhatian/merawat generasi penerus – cucu dan
remaja pada umumnya. Tahap terakhir daroi psikoseksual adalah generalisasi
sensualitas (Generalized Sensuality): memperoleh kenikmatan dari berbagai
sensasi fisik, penglihatan, pendengaran, kecapan, bau, pelukan, dan juga
stimulasi genital. Banyak terjadi pada krisis psikososial terakhir ini, kualita
distonik “putus asa” yang menang. Orang dengan kebijaksanaan yang matang, tetap
mempertahankan integritasnya ketika kemampuan fisik dan mentalnya menurun. Pada
tahap usia tua, ritualisasinya adalah integral; ungkapan kebijaksanaan dan
pemahaman makna kehidupan. Interaksi yang tidak mementingkan keinginan dan
kebutuhan duniawi.
2. Teori Perkembangan Psikoseksual dr Sigmund Freud
Freud merupakan teoritisi pertama yang memusatkan perhatiannya kepada
perkembangan kepribadian dan menekankan pentingnya peran masa bayi dan awal
anak dalam membentuk karakter seseorang. Freud yakin bahwa struktur dasar kepribadian sudah
terbentuk pada usia 5 tahun dan perkembangan kepribadian sesudah usia 5 tahun
sebagian besar hanya merupakan elborasi dari struktur dasar tadi.
Freud
membagi perkembangan kepribadian menjadi 3 tahapan yakni
a. tahap
infatil (0–5 tahun)
Tahap infatil yang paling menentukan dalam
membentuk kepribadian, terbagi menjadi 3 fase,yakni:
1)
Fase
Oral (usia0–1 tahun)
Mulut
merupakan sumber kenikmatan utama. Dua macam aktivitas oral di sini, yaitu
menggigit dan menelan makanan, merupakan prototype bagi banyak ciri karakter
yang berkembang di kemudian hari. Kenikmatan yang diperoleh dari inkorporasi
oral dapat dipindahkan ke bentuk-bentuk inkorporasi lain, seperti kenikmatan
setelah memperoleh pengetahuan dan harta. Misalnya, orang yang senang ditipu
adalah orang yang mengalami fiksasi pada taraf kepribadian inkorporatif oral.
Orang seperti itu akan mudah menelan apa saja yang dikatakan orang lain.
2)
Fase
Anal (usia 1 – 3 tahun)
Kenikmatan
akan dialami anak dalam fungsi pembuangan, misalnya menahan dan bermain-main
dengan feces, atau juga senang bermain-main dengan lumpur dan kesenangan
melukis dengan jari.
3)
Fase
Falis (3 – 5/6 tahun)
Tahap
ini sesuai dengan nama genital laki-laki (phalus), sehingga meupakan daerah
kenikmatan seksual laki-laki. Sebaliknya pada anak wanita merasakan kekurangan
akan penis karena hanya mempunyai klitoris, sehingga terjadi penyimpangan jalan
antara anak wanita dan laki-laki. Lebih lanjut, pada tahap ini anak akan
mengalami Oedipus complex, yaitu keinginan yang mendalam untuk menggantikan
orang tua yang sama jenis kelamin dengannya dan menikmati afeksi dari orang tua
yang berbeda jenis kelamin dengannya. Misalnya anak laki-laki akan mengalami
konflik oedipus, ia mempunyai keinginan untuk bermain-main dengan penisnya.
Dengan penis tersebut ia juga ingin merasakan kenikmatan pada ibunya.
b.
tahap laten (5 – 12 tahun)
Merupakan
tahap yang paling baik dalam perkembangan kecerdasan (masa sekolah), dan dalam
tahap ini seksualitas seakan-akan mengendap, tidak lagi aktif dan menjadi
laten.
c.
tahap genital (> 12 tahun)
Tahapan
ini berlangsung antara kira-kira dari masa pubertas dan seterusnya. Bersamaan
dengan pertumbuhannya, alat-alat genital menjadi sumber kenikmatan dalam tahap
ini, sedangkan kecenderungan-kecenderungan lain akan ditekan.
3. Teori Perkembangan Kognitif dr Jean Piaget
Teori Piaget memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi
perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan. Trori ini membahas munculnya dan diperolehnya
schemata – skema tentang bagaimanan seseorang mempersepsi lingkungannya. Teori
ini membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat
periode utama yakni:
a.
Sensorimotor
(0 – 2 tahun)
Pengetahuan
anak diperoleh melalui interaksi fisik, baik dengan orang atau objek (benda).
Skema-skemanya baru berbentuk refleks-refleks sederhana, seperti : menggenggam
atau mengisap
b.
Praoperasional (2 – 6 tahun)
Anak
mulai menggunakan simbol-simbol untuk merepresentasi dunia (lingkungan) secara
kognitif. Simbol-simbol itu seperti : kata-kata dan bilangan yang dapat menggantikan
objek, peristiwa dan kegiatan (tingkah laku yang nampak)
c.
Operasi Konkrit (6 – 11 tahun)
Anak
sudah dapat membentuk operasi-operasi mental atas pengetahuan yang mereka
miliki. Mereka dapat menambah, mengurangi dan mengubah. Operasi ini
memungkinkannya untuk dapat memecahkan masalah secara logis.
d.
Operasi Formal (11 tahun sampai dewasa)
Periode ini merupakan operasi mental tingkat tinggi. Di sini anak (remaja) sudah dapat berhubungan dengan peristiwa-peristiwa hipotesis atau abstrak, tidak hanya dengan objek-objek konkret. Remaja sudah dapat berpikir abstrak dan memecahkan masalah melalui pengujian semua alternatif yang ada.
Periode ini merupakan operasi mental tingkat tinggi. Di sini anak (remaja) sudah dapat berhubungan dengan peristiwa-peristiwa hipotesis atau abstrak, tidak hanya dengan objek-objek konkret. Remaja sudah dapat berpikir abstrak dan memecahkan masalah melalui pengujian semua alternatif yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi, Drs. 1991.
Psikologi Perkembangan. Jakarta: Rineka Cipta.
Clifford T. Morgan, Indroduction
to Psychology, Mc. Graw Hill Book Co, New York, 1956.
Havighurst, Robert Y, Human
Development and Education, New York, Amerikan Book Company, 1956.
Monks, F.J. Prof. DR. ET. EL.
Psikologi Perkembangan, Pengantar dalam berbagai bagiannya, Gajah Mada
University Press. 1984.
Zulkifli L, Drs. 1986.
Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar