MAKALAH PSIKOLOGI PERKEMBANGAN


BAB I
PENDAHULUAN

Psikologi  merupakan sebuah istilah yang berasal dari bahasa Inggris, yaitu “psychology”. Istilah ini pada mulanya berasal dari kata dalam bahasa Yunani yaitu “psyche”,  berarti, jiwa atau daya hidup, sedangkan “logos” berarti ilmu. Jadi secara harafiah, “psychology” berarti ilmu yang memepelajari tentang kejiwaan atau “Ilmu Jiwa “.
Sedangkan perkembangan, Chaplin mengartikan perkembangan sebagai
(1). Perubahan yang berkesinambungan dan progresif dalam organisme, dari lahir hingga mati
(2)Pertumbuhan
(3)Perubahan dalam bentuk dan dalam integrasi dari bagian-bagian jasmaniah ke bagian-bagian fungsional
(4)Kedewasaan atau kemunculan pola-pola asasi dari tingkah laku yang tidak dipelajari.
Sementara itu, Reni Akbar Hawadi  menafsirkan,”Perkembangan secara luas menunjuk pada keseluruhan proses perubahan dari potensi yang dimiliki individu dan tampil dalam kausalitas kemampuan ,sifat dan ciri-ciri yang baru.
Perkembangan itu menunjukkan suatu proses tertentu, yaitu suatu proses yang menunjukkan kedepan dan tidak dapat diulangi kembali.dalam perkembangan manusia terjadi perubahan-perubahan yang sedikit banyak bersifat tetap dan tidak dapat diulangi. Perkembangan menunjukkan pada perubahan – perubahan dalam suatu arah yang bersifat maju. Psikologi perkembangan lebih mempersoalkan factor-faktor umum yang memepengaruhi proses perkembangan yang terjadi di dalam diri seseorang. Titik berat yang diberikan oleh para psikolog perkembangan adalah relasi antara kepribadian dan perkembangan.
1.            PENGERTIAN PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
Perkembangan menunjukkan suatu proses tertentu, yaitu suatu proses yang menuju kedepan dan tidak dapat diulang kembali. Perkembangan memenunjukkan pada perubahan-perubahan dalam suatu arah yang bersifat tetap dan maju. Menurut pendapat para ahli psikolog istilah perkembangan lebih dapat mencerminkan sifat-sifat yang khas mengenai gejala-gejala psikologis yang nampak. Bertambahnya fungsi-fungsi otak misanya memungkinkan anak dapat tersenyum, berjalan, bercakap-cakap, dan lain sebagainya.
Suatu definisi yang relevan yang dikemukakan oleh monks adalah: “ perkembangan psikologik merupakan suatu proses yang dinamik. Dalam proses tersebut sifat individu dan sifat lingkungan akhirnya merupakan tingkah laku apa yang akan diaktualisasi dan dimanifestasi. Perkembangan juga berhubungan dengan proses belajar terutama mengenai isinya, yaitu mengenai apa yang akan berkembang berkaitan dengan tingkah laku belajar.
Psikologi perkembangan lebih  mempersoalkan faktor-faktor yaang umum yang mempengaruhi proses perkembangan yang terjadi di dalam diri kepribadian yang khas itu. Titik berat yang diberikan oleh para psikolog perkembangan ada pada relasi antara kepribadian dan perkembangan. Hal itu disebabkan oleh pendapat sebagian besar para psikolog bahwa keseluruhan kepribadian itulah yamg berkembang meskipun beberapa komponen dapat lebih menonjol perkembangannya pada masa-masa tertentu daripadad komponen yang lain, misalnya fungsi indera dan fungsi motorik menonjol pada tahun-tahun pertama. Adapun definisi oleh para ahli yaitu menurut Prof. Dr. FJ. Monks, Prof. Dr. A.M.P. Knoers dan Prof. Dr. Siti Rahayu Haditoro dalam psikologi perkembangan: “psikologi perkembangan adalah suatu ilmu yang lebih mempersoalkan faktor-faktor umum yang mempengaruhi proses perkembangan (perubahan) yang terjadi dalam diri pribadi sesorang, dengan menitikberatkan pada relasi antara kepribadian dan perkembangan”. Menurut Dra. Kartini Kartono dalam psikilogi anak: “psikologi perkembangan (psikologi anak) adalah suatu ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia yang dimulai dengan periode masa bayi, anak pemain, anak sekolah, masa remaja, sampai periode adolesens menjelang dewasa”. Dalam Encyclopedia Internaational: “ Developmental psychology is a branch of psychology devoted been placed on the search for those elements of behavior in the child wich are thought to be prerequisite for complex adult behavior”, (psikologi permbangan adalah suatu cabang dari psikologi yang mengetengahkan pembahasan tentang perilaku anak. Secara historis titik berat pembahasannya pada penganalisaan elemen-elemen perilaku anak yang dimungkinkan akan menjadi sarat terbentuknya perilaku dewasa yang komplek). Psikologi perkembangan yakni suatu cabang dari psikologi yang membahas tentang gejala jiwa seseorang sejak masa konsepsi hingga dewasa.
                        Perkembangan pribadi sebagai perubahan kualitatif daripada setiap fungsi kepribadian akibat dari pertumbuhan dan belajar. Fungsi-fungsi keporibadian manusia berhubungan dengan aspek jasmaniah dan aspek kejiwaan. Fungsi-fungsi kepribadian yang jasmaniah misalnya:
1.         Fungsi motorik pada bagian-bagian tubuh.
2.         Fungsi sensoris pada alat-alat indera.
3.         Fungsi neurotik pada sistem syaraf.
4.         Fungsi seksual pada bagian-bagian tubuh yang erotis.
5.         Fungsi pernapasan pada alat pernapasan.
6.         Fungsi peredaran darah pada jantung dan urat-urat nadi.
7.         Fungsi pencernaan makanan pada alat pencernaan.
Sedangkan fungsi-fungsi kepribadian yang bersifat kejiwaan misalnya:
1.         Fungsi perhatian.
2.         Fungsi pengamatan.
3.         Fungsi tanggapan.
4.         Fungsi ingatan.
5.         Fungsi fantasi.
6.         Fungsi fikiran.
7.         Fungsi perasaan.
8.         Fungsi kemauan.
            Pertumbuhan dan perkembangan ada kesamaannya yaitu setidak-tidaknya kedua istilah tersebut menunjukkan adanya proses tertentu dan terjadinya perubahan-perubahan menuju kedepan (taraf yang lebih tinggi), serta tidak dapat begitu saja diulang kembali. Ruang lingkup dari pembahasan ilmu ini: bahwa psikologi perkembangan merupakan:
a.         Cabang dari psikologi
b.         Obyek pembahannya ialah prilaku atau gejala jiwa seseorang.
c.         Tahapan dimulai dari masa konsepsi hingga masa dewasa.
            Faedah praktis mempelajari psikologi perkembangan yang dapat dikemukakan disini antara lain:
a.         Untuk memahami garis besar, pola umum perkembangan dan pertumbuhan anak pada tiap-tiap fasenya.
b.         Dapat memunculkan sikap senang bergaul dengan orang lain terutama anak-anak, remaja, dengan penuh perhatian kepada mereka baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, ataupun masyarakat.
c.         Dapat mengarahkan sesorang untuk berbuat dan berprilaku yang selaras dengan tingkat perkembangan orang lain.
d.         Khususnya bagi pendidik dapat memehami dan memberikan bimbingan kepada anak, sesuai dengan taraf perkembangan anak didiknya, sehingga proses pendidikan akan berjalan dengan sukses dalam  mencapai tujuannya.

BAB II
PENDEKATAN DAN METODE DALAM PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

Pedekatan-pendekatan yang biasa dipakai di Psikologi perkembangan adalah :
1.Pendekatan Cross-sectional
Pendekatan Cross-sectional adalah suatu pendekatan yang dipergunakan untuk melakukan penelitian terhadap beberapa kelompok anak dalam jangka waktu yang relative singkat. Dalam pendekatan ini penelitian dilakukan terhadap orang-orang atu kelompok orang dari tingkat umur yang berbeda-beda. Kelompok-kelompok yang berbeda tersebut dapat dibandingkan dalam halkeberagaman variable terikat, sepeti IQ, memori, relasi teman sebaya, kedekatan dengan orang tua, perubahan hormone, dan lain-lain. Melalui pendekatan kros-sektionalini dapat diperoleh pengertian yang lebih baik akan factor yang khas atau yang kurang khas bagi kelompok-kelompok yang diperbandingkan.
Keuntungan utama dalam pendekatan kros-sektional ini adalah bahwa para peneliti tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama untuk menunggu individu bertumbuh. Adapun kelemahan pendekan ini adalah bahwa pendekatan ini tidak member informasi tentang bagaimana individu berubah atau tentang stabilitas karakteristiknya. Naik turunya perkembangan dapat menjadi tidak jelas.
2.     Pendekatan Longitudinal
Pendekatan longitudinal adalah pendekatan dalam penelitian yang dilakukan dengan cara menyelidiki anak dalam jangka waktu yang lama, misalnya mengikuti perkembangan sesorang dalam jangka waktu tertentu, seperti selama masa kanak-kanak atau selama masa remaja. Kelebihan dan kelemahannya antara lain:
Sampel lebih sedikit, sehingga memungkinkan untuk melakukan analisa terhadap pertumbuhan dan perkembangan setiap individu.
Memungkinkan mengetahui gangguan-gangguan dalam perkembangan, baik secara pribadi maupu dalam kelompok. Memungkinkan melakukan analisa terhadap hubungan antara proses pertumbuhan, baik aspek kematangan maupun pengalaman, karena data yang diperoleh berasal dari anak yang sama.
Memberikan kesempatan untuk menganalisa efek lingkungan terhadap perubahan tingkah laku dan kepribadian.
Sedangkan kelemahan dari pendekatan ini adalah : Membutuhkan waktu yang yang lama dan biaya yang besar. Memerlukan banyak peneliti yang kemungkinan memiliki pengalaman yang berbeda-beda. Kemungkinan terjadinya gangguan dalam selang waktu penelitian yang sedang dilakukan, misalnya bila orang pindah tempat atau meninggal.
3.     Pendekatan Sekuensial
Kombinasi pendekatan kros-sektional dan pendekatan longitudinal inilah yang dinamakan pendekatan sekuensial. Dalam banyak hal, pendekatan ini mulai dengan studi kros-sektional yang mencakup individu dari usia yang berbeda. Berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelah pengukuran awal, individu yang sama diuji lagi (ini merupakan aspek longitudinal dari rancangan) Pada waktu selanjutnya,, sekelompok subjek baru diukur pada masing-masing tingkat usia. Kelompok baru pada masing-masing tingkat ditambahkan pada waktu berikutnya untuk mengontrol perubahan yang (gugur) dari studi, atau pengujian ulang mungkin telah meningkatkan kinerja mereka.
            Meskipun pendekatan ini kompleks, mahal, dan lama, namun benar-benar memberikan informasi yang tidak mungkin diperoleh dari pendekatan kros-sektional dan pendekatan longitudinal. Pendekatan sekuensial sangat berguna, terutama dalam menguji pengaruh kohor
4.  Pendekatan Cross-cultural
Pendekatan cross-cultural adalah suatu pendekatan dalam penelitian yang mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan atau kebudayaan yang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Pendekatan ini dilakukan terhadap kelompok-kelompok yang berbeda latar belakang kebudayaanya, baik melalui percobaan, maupun tes pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan pengumpulan data lainya untuk diolah dan dianalisa persamaan dan perbedaanya.
             Dengan demikian pendekatan lintas-budaya (cross-cultural) mengenai urutan-urutan dalam perkembangan, pentahapan dalam perkembangan, apakah merupakan norma yang universal atau berlaku pada suatu kelompok keturunan tertentu, dapat diselidiki dengan latar belakang kebudayaan yang sangat berbeda.
1)    Metode Observasi
      Adalah suatu cara yang dilakukan untuk mengamati semua tingkah laku yang terlihat dalam jangka waktu tertentu atau pada tahap perkembangan tertentu . Terdiri dari observasi alami dan observasi terkontrol.
1.)  2.)Metode Experimen
      Adalah metode penelitian dalam psikologi perkembangan dengan melakukan kegiatan-kegiatan percobaan pada anak. Penggunaan metode ini dalam penelitian terhadap anak-anak tidaklah mudah, karena anak-anak sangat sugestible, mudah dipengaruhi, bertingkah laku semaunya, sering sulit diberikan pengertian, dan sukar diketahui dengan jelas apa yang  dimaksudkan oleh anak itu. Dan biasanya diadakan percobaan ulang untuk mendapatkan hasil untuk dicocokkan dengan hasil yang pertama.
3.)Metode Klinis
      Adalah suatu metode penelitian yang khusus ditujukan kepada anak-anak dengan cara mengamat-amati, mengajak bercakap-cakap dan tanya jawab. Cara ini diterapkan dalam rangka untuk memperoleh kesimpulan adanya kelainan jiwa untuk selanjutnya, dapat diberikan pengobatan.
4.) Metode Tes
Adalah metode yang digunakan untuk mengadakan pengukuran tertentu terhadap objeknya. Tes merupakan instrument penelitian yang penting dalam psikologi kontenporer, yang digunakan untuk mengukur segala jenis kemampuan, minat, sikap dan hasil kerja.
5.)Metode Interview
Menggunakan metode inisangat lazim dan praktis digunakan oleh para orang tua pendidik untuk menyelidiki kondisi anak-anak didiknya dengan cara mengadakan tanya jawab atau wawancara . Walaupun tampaknya sederhana, metode ini pun membutuhkan adanya ketrampilan tersendiri dan menghindari kesan yang dibuat-buat (semu), sehingga menyulitkan diperolehnya data yang dikehendaki yakni data yang asli.
6.)Metode Questionnare
Penggunaanya cukup dengan menyodorkan daftar pertanyaan yang sudah disistematisasi sedemikian rupa dan diselaraskan dengan tujuan penelitian untuk dapat dijawab secara tepat dan benar. Yang perlu diperhatikan pada metode ini antara lain bahasa untuk dapat dimengerti anak. Setelah jawaban diperoleh, pekerjaan selanjutnya ialah menarik kesimpulan.
7.) Metode Collection
Ini dapat dikerjakan dengan mengumpulkan segala sesuatu yang merupakan karya/kegemaran anak-anak, antara lain: Surat-surat,catatan harian(diary0, karangan, perangko, lukisan, foto, dll. Dari bahan-bahan tersebut sangat bermanfaat untuk dipelajari dan selamjutnya dianalisis serta diambil kesimpulan

BAB III
PROSES DAN TAHAPAN PERKEMBANGAN

PROSES PERKEMBANGAN
Ada 3 macam Proses perkembangan diantaranya :
a.         Periodesasi yang berdasarkan biologis
b.         Periodesasi yang berdasarkan didaktis
c.         Periodesasi yang berdasarkan psikologis
A.   PERIODESASI YANG BERDASARKAN BIOLOGIS
Periodesasi yang berdasarkan Biologis adalah para ahli kejiwaan mendasarkan pembahasannya pada kondisi atau proses pertumbuhan biologis anak.
ARISTOTELES mengemukakan 3 fase perkembangan anak yaitu :
            Fase I             :           umur 0,0 – 7,0 adalah masa bermain.
            Fase II            :           umur 7,0 – 14,0 adalah masa sekolah dasar.
            Fase III           :           umur 14,0 – 21,0 adalah masa purbertas.
Pendapat ini dikategorikan pada periodesasi yang berdasarkan pada biologis karena Aristoteles menunjukkan bahwa antara Fase I dan Fase II itu ditandai dengan adanya pergantian gigi, serta batas antara Fase II dan Fase III ditandai dengan mulai bekerjanya/berfungsinya organ kelamin.
B.   PERIODESASI BERDASARKAN DIDAKTIS
Yang dimaksud dari tinjauan ini adalah dari segi keperluan/materi apa kiranya yang tepat diberikan kepada anak didik pada masa-masa tertentu, serta memikirkan tentang kemungkinan metode yang paling efektif untuk diterapkan di dalam mengajar atau mendidik anak pada masa tertentu tersebut.
Jean Jacques Rousseau, dengan karya terkenalnya “Emile eu du l’education” (1672) didalamnya terdapat tahapan perkembangan anak antara lain :
            Usia 0,0 – 2,0            :           masa asuhan (Nursery)
            Usia 2,0 – 12,0         :           masa pendidikan jasmani dan alat-alat indera
            Usia 12,0 – 15,0       :           masa perkembangan pikiran
            Usia 15,0 – 20,0       :           masa pembentukan watak dan kesusilaan

D.   PERIODESASI BERDASARKAN PSIKOLOGI
Bagian ini membahas gejala perkembangan jiwa anak, berorientasi dari sudut pandang psikologis.
Charlotte Buhler, dalam bukunya Psychologis der Puberteitsjaran membagi perkembangan anak menjadi beberapa Fase diantaranya :
            Fase I   :         (0,0 – 1,0) perkembangan sikap subyektif menuju obyektif.
            Fase II  :         (1,0 – 4,0) mengenal dunia sekitar secara subyektif.
            Fase III :         (4,0 – 8,0) hubungan diri dengan lingkungan social.
            Fase IV :        (8,0 – 13,0) mulai memisahkan diri dari orang lain.
            Fase V  :        (13,0 – 19,0) masa kematangan.
TAHAPAN PERKEMBANGAN
1.    Teori Perkembangan Psikososial dr.Erik Erikson
Erik Erikson (1902 – 1994), tahap-tahap perkembangan manusia dari lahir sampai mati dipengaruhi oleh interaksi social dan budaya antara masyarakat terhadap perkembangan kepribadian. Perkembangan psikologis dihasilkan dari interaksi antara proses-proses maturasional atau kebutuhan biologis dengan tuntutan masyarakat dan kekuatan-kekuatan social yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Erikson membahas perkembangan psikologis disepanjang kehidupan manusia dan bukan antar masa bayi dan remaja. Adapun Erikson membagi fase-fase perkembangan sebagai berikut:
1.    Fase Bayi (0–1tahun)
Bagi Erikson kegiatan bayi tidak terikat dengan mulut semata. Pada tahap ini bayi hanya memasukkan (incorporation), bukan hanya melalui mulut (menelan) tetapi juga dari semua indera. Tahap sensori oral ditandai oleh dua jenis inkorporasi: mendapat (receiving) dan menerima (accepting). Tahun pertama kehidupannya, bayi memakai sebagian besar waktunya untuk makan, eliminasi (buang kotoran), dan tidur. Ketika ia menyadari ibu akan memberi makan/minum secara teratur, mereka belajar dan memperoleh kualitas ego atau identitas ego yang pertama, perasaan kepercayaan dasar (basic trust). Bayi harus mengalami rasa lapar, haus, nyeri, dan ketidaknyamanan lain, dan kemudian mengalami perbaikan atau hilangnya kondisi yang tidak menyenangkan itu. Dari peristiwa itu bayi akan belajar mengharap bahwa hal yang menyakitkan ke depan bisa berubah menjadi menyenangkan. Bayi menangkap hubungannya dengan ibu sebagai sesuatu yangkeramat(numinous).
2.    FaseAnak-Anak(1–3tahun)
Dalam teori Erikson, anak memperoleh kepuasan bukan dari keberhasilan mengontrol alat-alat anus saja, tetapi juga dari keberhasilan mengontrol fungsi tubuh yang lain seperti urinasi, berjalan, melempar, memegang, dan sebagainya.
Pada tahun kedua, penyesuaian psikososial terpusat pada otot anal-uretral (Anal-Urethral Muscular); anak belajar mengontrol tubuhnya, khususnya yang berhubungan dengan kebersihan. Pada tahap ini anak dihadapkan dengan budaya yang menghambat ekspresi diri serta hak dan kewajiban. Anak belajar untuk melakukan pembatasan-pembatasan dan kontrol diri dan menerima kontrol dari orang lain. Hasil mengatasi krisis otonomi versus malu-ragu adalah kekuatan dasar kemauan. Ini adalah permulaan dari kebebasan kemauan dan kekuatan kemauan (benar-benar hanya permulaan), yang menjadi ujud virtue kemauan di dalam egonya. Pada tahap ini pola komunikasi mengembangkan penilaian benar atau salah dari tingkah laku diri dan orang lain, disebut bijaksana (judicious).
3.    UsiaBermain (3–6 tahun).
Pada tahap ini Erkson mementingkan perkembangan pada fase bermain, yakni; identifikasi dengan orang tua (odipus kompleks), mengembangkan gerakan tubuh, ketrampilan bahasa, rasa ingin tahu, imajinasi, dan kemampuan menentukan tujuan. Erikson mengakui gejala odipus muncul sebagai dampak dari fase psikososeksual genital-locomotor, namun diberi makna yang berbeda. Menurutnya, situasi odipus adalah prototip dari kekuatan yang abadi dari kehidupan manusia. Aktivitas genital pada usia bermain diikuti dengan peningkatan fasilitas untuk bergerak. Inisiatif yang dipakai anak untuk memilih dan mengejar berbagai tujuan, seperti kawain dengan ibu/ayah, atau meninggalkan rumah, juga untuk menekan atau menunda suatu tujuan. Konflik antara inisiatif dengan berdosa menghasilkan kekuatan dasar (virtue) tujuan (purpose). Tahap ini dipenuhi dengan fantasi anak, menjadi ayah, ibu, menjadi karakter baik untuk mengalahkan penjahat.
4.    Usia Sekolah(6–12 tahun)
Pada usia ini dunia sosial anak meluas keluar dari dunia keluarga, anak bergaul dengan teman sebaya, guru, dan orang dewasa lainnya. Pada usia ini keingintahuan menjadi sangat kuat dan hal itu berkaitan dengan perjuangan dasar menjadi berkemampuan (competence). Memendam insting seksual sangat penting karena akan membuat anak dapat memakain enerjinya untuk mempelajari teknologi dan budayanya serta interaksi sosialnya. Krisis psikososial pada tahap ini adalah antara ketekunan dengan perasaan inferior (industry – inveriority). Dari konflik antar ketekunan dengan inferiorita, anak mengembangkan kekuatan dasar: kemampuan (competency). Di sekolah, anak banyak belajar tentang sistem, aturan, metoda yang membuat suatu pekrjaan dapat dilakukan dengan efektif dan efisien.
5.    Adolesen (12–20 tahun)
Tahap ini merupakan tahap yang paling penting diantara tahap perkembangan lainnya, karena orang harus mencapai tingkat identitas ego yang cukup baik. Bagi Erikson, pubertas (puberty) penting bukan karena kemasakan seksual, tetapi karena pubertas memacu harapan peran dewasa pada masa yang akan datang. Pencarian identitas ego mencapai puncaknya pada fase ini, ketika remaja berjuang untuk menemukan siapa dirinya. Kekuatan dasar yang muncul dari krisis identitas pada tahap adolesen adalah kesetiaan (fidelity); yaitu setia dalam beberapa pandangan idiologi atau visi masa depan. Memilih dan memiliki ediologi akan memberi pola umum kehidupan diri, bagaimana berpakaian, pilihan musik dan buku bacaan, dan pengaturan waktu sehari-hari.
6.    Dewasa Awal (20-30 tahun)
Pengalaman adolesen dalam mencari identitas dibutuhkan oleh dewasa-awal. Perkembangan psikoseksual tahap ini disebut perkelaminan (genitality). Keakraban (intimacy) adalah kemampuan untuk menyatukan identitas diri dengan identitas orang lain tanpa ketakutan kehilangan identitas diri itu. Cinta adalah kesetiaan yang masak sebagai dampak dari perbedaan dasar antara pria dan wanita. Cinta selain di samping bermuatan intimasi juga membutuhkan sedikit isolasi, karena masing-masing partner tetap boleh memiliki identitas yang terpisah. Ritualisasi pada tahap ini adalah Afiliasi, refleksi dari kenyataan adanya cinta, mempertahankan persahabatan, ikatan kerja.
7.    Dewasa (30–65 tahun)
Tahap dewasa adalah waktu menempatkan diri di masyarakat dan ikut bertanggung jawab terhadap apapun yang dihasilkan dari masyarakat. Kualitas sintonik tahap dewasa adalah generativita, yaitu penurunan kehidupan baru, serta produk dan ide baru. Kepedulian (care) adalah perluasan komitmen untuk merawat orang lain, merawat produk dan ide yang membutuhkan perhatian. Kepedulian membutuhkan semua kekuatan dasar ego sebelumnya sebagai kekuatan dasar orang dewasa. Generasional adalah interaksi antara orang dewasa dengan generasi penerusnya bisa berupa pemberian hadiah atau sanjungan, sedangkan otoritisme mengandung pemaksaan. Orang dewasa dengan kekuatan dan kekuasaannya memaksa aturan, moral, dan kemauan pribadi dalam interaksi.
8.    UsiaTua (>65 tahun)
Menjadi tua sudah tidak menghasilkan keturunan, tetapi masih produktif dan kreatif dalam hal lain, misalnya memberi perhatian/merawat generasi penerus – cucu dan remaja pada umumnya. Tahap terakhir daroi psikoseksual adalah generalisasi sensualitas (Generalized Sensuality): memperoleh kenikmatan dari berbagai sensasi fisik, penglihatan, pendengaran, kecapan, bau, pelukan, dan juga stimulasi genital. Banyak terjadi pada krisis psikososial terakhir ini, kualita distonik “putus asa” yang menang. Orang dengan kebijaksanaan yang matang, tetap mempertahankan integritasnya ketika kemampuan fisik dan mentalnya menurun. Pada tahap usia tua, ritualisasinya adalah integral; ungkapan kebijaksanaan dan pemahaman makna kehidupan. Interaksi yang tidak mementingkan keinginan dan kebutuhan duniawi.
2.    Teori Perkembangan Psikoseksual dr Sigmund Freud
Freud merupakan teoritisi pertama yang memusatkan perhatiannya kepada perkembangan kepribadian dan menekankan pentingnya peran masa bayi dan awal anak dalam membentuk karakter seseorang. Freud yakin bahwa struktur dasar kepribadian sudah terbentuk pada usia 5 tahun dan perkembangan kepribadian sesudah usia 5 tahun sebagian besar hanya merupakan elborasi dari struktur dasar tadi.
Freud membagi perkembangan kepribadian menjadi 3 tahapan yakni
a.    tahap infatil (0–5 tahun)
Tahap infatil yang paling menentukan dalam membentuk kepribadian, terbagi menjadi 3 fase,yakni:
1)    Fase Oral (usia0–1 tahun)      
Mulut merupakan sumber kenikmatan utama. Dua macam aktivitas oral di sini, yaitu menggigit dan menelan makanan, merupakan prototype bagi banyak ciri karakter yang berkembang di kemudian hari. Kenikmatan yang diperoleh dari inkorporasi oral dapat dipindahkan ke bentuk-bentuk inkorporasi lain, seperti kenikmatan setelah memperoleh pengetahuan dan harta. Misalnya, orang yang senang ditipu adalah orang yang mengalami fiksasi pada taraf kepribadian inkorporatif oral. Orang seperti itu akan mudah menelan apa saja yang dikatakan orang lain.
2)    Fase Anal (usia 1 – 3 tahun)
Kenikmatan akan dialami anak dalam fungsi pembuangan, misalnya menahan dan bermain-main dengan feces, atau juga senang bermain-main dengan lumpur dan kesenangan melukis dengan jari.
3)    Fase Falis (3 – 5/6 tahun)
Tahap ini sesuai dengan nama genital laki-laki (phalus), sehingga meupakan daerah kenikmatan seksual laki-laki. Sebaliknya pada anak wanita merasakan kekurangan akan penis karena hanya mempunyai klitoris, sehingga terjadi penyimpangan jalan antara anak wanita dan laki-laki. Lebih lanjut, pada tahap ini anak akan mengalami Oedipus complex, yaitu keinginan yang mendalam untuk menggantikan orang tua yang sama jenis kelamin dengannya dan menikmati afeksi dari orang tua yang berbeda jenis kelamin dengannya. Misalnya anak laki-laki akan mengalami konflik oedipus, ia mempunyai keinginan untuk bermain-main dengan penisnya. Dengan penis tersebut ia juga ingin merasakan kenikmatan pada ibunya.
b.    tahap laten (5 – 12 tahun)
Merupakan tahap yang paling baik dalam perkembangan kecerdasan (masa sekolah), dan dalam tahap ini seksualitas seakan-akan mengendap, tidak lagi aktif dan menjadi laten.
c.    tahap genital (> 12 tahun)
Tahapan ini berlangsung antara kira-kira dari masa pubertas dan seterusnya. Bersamaan dengan pertumbuhannya, alat-alat genital menjadi sumber kenikmatan dalam tahap ini, sedangkan kecenderungan-kecenderungan lain akan ditekan.
3.    Teori Perkembangan Kognitif dr Jean Piaget
Teori Piaget memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan. Trori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata – skema tentang bagaimanan seseorang mempersepsi lingkungannya. Teori ini membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama yakni:
a.    Sensorimotor   (0 – 2 tahun)
Pengetahuan anak diperoleh melalui interaksi fisik, baik dengan orang atau objek (benda). Skema-skemanya baru berbentuk refleks-refleks sederhana, seperti : menggenggam atau mengisap
b.    Praoperasional (2 – 6 tahun)
Anak mulai menggunakan simbol-simbol untuk merepresentasi dunia (lingkungan) secara kognitif. Simbol-simbol itu seperti : kata-kata dan bilangan yang dapat menggantikan objek, peristiwa dan kegiatan (tingkah laku yang nampak)
c.    Operasi Konkrit (6 – 11 tahun)
Anak sudah dapat membentuk operasi-operasi mental atas pengetahuan yang mereka miliki. Mereka dapat menambah, mengurangi dan mengubah. Operasi ini memungkinkannya untuk dapat memecahkan masalah secara logis.
d.    Operasi Formal (11 tahun sampai dewasa)
Periode ini merupakan operasi mental tingkat tinggi. Di sini anak (remaja) sudah dapat berhubungan dengan peristiwa-peristiwa hipotesis atau abstrak, tidak hanya dengan objek-objek konkret. Remaja sudah dapat berpikir abstrak dan memecahkan masalah melalui pengujian semua alternatif yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi, Drs. 1991. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Rineka Cipta.
Clifford T. Morgan, Indroduction to Psychology, Mc. Graw Hill Book Co, New York, 1956.
Havighurst, Robert Y, Human Development and Education, New York, Amerikan Book Company, 1956.
Monks, F.J. Prof. DR. ET. EL. Psikologi Perkembangan, Pengantar dalam berbagai bagiannya, Gajah Mada University Press. 1984.
Zulkifli L, Drs. 1986. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar