MAKALAH SOSIAL BUDAYA DALAM PANDANGAN HIDUP DARI SUATU MASYARAKAT INDONESIA DITINJAU DARI PERSPEKTIF PEDAGOGIK




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Teori psikologi telah mengungkapkan bahwa manusia tumbuh dan berkembang dari masa bayi ke masa dewasa melalui beberapa langkah, tahapan dan jenjang. Kehidupan anak pada dasarnya merupakan kemampuan berhubungan dan berinteraksi dengan lingkungan sosial budayanya. Pada proses interaksi sosial ini. Faktor intelektual penting. Agar proses tersebut berjalan dengan baik dan benar.
Pendidikan adalah hal yang sangat dibutuhkan oleh setiap insan sebagai salah satu modal agar dapat berhasil dan meraih kesuksesan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha sadar manusia dalam menciptakan diri dan masyarakat agar mempertahankan hidup dalam arus perkembangan zaman.
Sebagai usaha sadar, proses pendidikan dilakukan secara terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat serta tuntutan zaman.
Sesunggguhnya, pendidikan adalah upaya sadar mengembangkan potensi yang dianugrahhkan tuhan kepada manusia dan diarahkan pada tujuan yang diarahkan pada tujuan yang diharapkan agar memanusiakan manusia atau menjadikannya sebagai insan kamil.
Manusia dan kebudayaan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, sementara itu pendukung kebudayaan adalah makhluk manusia itu sendiri. Sekalipun makhluk manusia akan mati, tetapi kebudayaan yang dimilikinya akan diwariskan pada keturunannya, demikian seterusnya. Pewarisan kebudayaan makhluk manusia, tidak selalu terjadi secara vertikal atau kepada anak-cucu mereka; melainkan dapat pula secara horisontal yaitu manusia yang satu dapat belajar kebudayaan dari manusia lainnya. Berbagai pengalaman makhluk manusia dalam rangka kebudayaannya, diteruskan dan dikomunikasikan kepada generasi berikutnya oleh indiividu lain. Berbagai gagasannya dapat dikomunikasikannya kepada orang lain karena ia mampu mengembangkan gagasan-gagasannya itu dalam bentuk lambang-lambang vokal berupa bahasa, baik lisan maupun tertulis.
Kebudayaan mengenal ruang dan tempat tumbuh kembangnya, dengan mengalami perubahan, penambahan dan pengurangan. Manusia tidak berada pada dua tempat atau ruang sekaligus, ia hanya dapat pindah ke ruang lain pada masa lain. Pergerakan ini telah berakibat pada persebaran kebudayaan, dari masa ke masa, dan dari satu tempat ke tempat lain. Sebagai akibatnya di berbagai tempat dan waktu yang berlainan, dimungkinkan adanya unsur-unsur persamaan di samping perbedaan-perbedaan. Oleh karena itu di luar masanya, suatu kebudayaan dapat dipandang ketinggalan zaman (anakronistik), dan di luar tempatnya dipandang asing atau janggal.
Setiap kelompok masyarakat mempunyai pola hidup berlainan, bahkan orientasi dalam menjalani kehidupan pun tidak sama. Sebagai suatu unit sosial, setiap kelompok masyarakat saling berinteraksi yang memungkinkan terjadinya pertukaran budaya. Dalam proses interaksi itu, setiap kelompok masyarakat saling mempelajari, menyerap, dan mengadopsi budaya kelompok masyarakat lain yang kemudian melahirkan sintesis budaya baru. Dalam kajian antropologi, ada tiga istilah untuk menjelaskan peristiwa interaksi sosial budaya, yakni sosialisasi, akulturasi, dan enkulturasi. Ketiganya saling terkait, namun masih tetap bisa dibedakan antara satu dan yang lain.
Dapat dikatakan, sistem persekolahan adalah salah satu pilar penting yang menjadi tiang penyangga sistem sosial yang lebih besar dalam suatu tatanan kehidupan masyarakat, untuk mewujudkan cita-cita kolektif. Maka, pendidikan yang diselenggarakan melalui-meskipun tidak hanya terbatas pada-sistem persekolahan semestinya dimaknai sebagai sebuah strategi kebudayaan (lihat artikel Media Indonesia, 9/11/2009). Dalam hal ini, pendidikan merupakan medium transformasi nilai-nilai budaya, penguatan ikatan-ikatan sosial antarwarga masyarakat, dan pengembangan ilmu pengetahuan untuk mengukuhkan peradaban umat manusia.
Sebuah masalah terjadi ketika apa yang diharapkan dan dicita-citakan tidak sesuai dengan realita yang terjadi. Semakin tinggi tingkat heterogenitas sebuah masyarakat semakin tinggi pula sebuah wilayah terjadi masalah. Masalah sosial juga dapat terjadi sebagai dampak negatif dari adanya suatu perubahan sosial-budaya dalam masyarakat. Masalah sosial berhubungan erat dengan nilai-nilai sosial dan lembaga kemasyarakatan. Dikatakan sebagai masalah sosial karena masalaha tersebut bersangkut-paut dengan hubungan antarmanusia dan di dalam kerangka bagian-bagian kebudayaan yang normatif. Sehingga masalah sosial bersangkut-paut dengan gejala-gejala yang mengganggu kelanggengan dalam masyarakat.
 Masalah sosial yang terjadi di Indonesia sangat bervariasi, mulai dari kemiskinan, kejahatan, disorganisasi keluarga, narkoba, fenomena bunuh diri, kenakalan remaja, penyimpangan seksual, hingga konflik sosial. Kenakalan remaja pada dasarnya akan selalu terjadi di dalam pendidikan dan bermasyarakat. Melihat realita tersebut saya  tertarik untuk membahas lebih dalam mengenai masalah sosial yang berupa kenakalan remaja.
B.     Rumusan  Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka dapat di rumuskan masalah dalam Tugas individu  ini adalah sebagai berikut :
1.      Apa yang di maksud dengan Sosial Budaya?
2.      Bagaimana Sosial Budaya dalam pandangan Masyarakat ?
3.      Sosial Budaya dalam perspektif Pedagogik ?
4.      Masalah Sosial budaya yang berhubungan dengan Masyarakat dan Dunia Pendidikan
5.      Upaya Mengatasi masalah sosial budaya di masyarakat dan dunia pendidikan
6.      Program
C.    Tujuan Penyusunan Tugas individu
Adapun tujuan penyusunan Tugas individu  ini adalah untuk menjelaskan:
1.      Pengertian  Sosial Budaya
2.      Bagaimana Sosial Budaya dalam pandangan Masyarakat
3.      Sosial Budaya dalam perspektif Pedagogik
4.      Masalah Sosial budaya yang berhubungan dengan Masyarakat dan DuniaPendidikan
5.      Upaya Mengatasi masalah sosial budaya di masyarakat dan dunia pendidikan
6.      Program


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Sosial Budaya
Menurut kamus besar bahasa indonesia, pengertian sosial adalah : suatu ilmu yang mempelajari tentang segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat. Jadi, sosial adalah ilmu yang dapat mencakup semua kegiatan masyarakat, seperti sifat, perilaku dan lain lain.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya,merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusah  berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya, dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar, dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri."Citra yang memaksa" itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti "individualisme kasar" di Amerika, "keselarasan individu dengan alam" di Jepang dan "kepatuhan kolektif" di Cina.
Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logisyang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka. Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
Berbicara mengenai sosial budaya tak akan bisa lepas dari peran manusia sebagai makhluk sosial dan kebiasaan sebagai budaya mereka. Pengertian sosial budaya menurut para ahli akan beragam maknanya tergantung dari sudut pandang mana mereka mendefinisikannya. Bila dilihat dari istilahnya, sosial budaya terbentuk dari dua kata yang sebenarnya bisa dimaknai secara terpisah, yakni sosial dan budaya. Menurut W. J. S. Poerwadarminta, dalam kamus bahasa Indonesia miliknya, sosial dimaknai sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat atau kemasyarakatan; suka memperhatikan kepentingan umum. Sedangkan budaya berasal dari kata Sans atau Bodhya yang bermakna pikiran dan akal budi, budaya diartikan sebagai segala hal yang dibuat oleh manusia berdasarkan pikiran dan akal budinya yang mengandung cinta, rasa, dan karsa. Jadi, dapat disimpulkan dari segi istilah, sosial budaya merupakan segala hal yang diciptakan oleh manusia dengan pikiran dan budinya dalam kehidupan bermasyarakat.
Untuk lebih menjelaskan mengenai sosial budaya, berikut ini ada beberapa pengertian sosial budayamenurut para ahli. Menurut Andreas Eppink, sosial budaya atau kebudayaan adalah segala sesuatu atau tata nilai yang berlaku dalam sebuah masyarakat yang menjadi ciri khas dari masyarakat tersebut. Sedangkan menurut Burnett, kebudayaan adalah keseluruhan berupa kesenian, moral, adat istiadat, hukum, pengetahuan, kepercayaan, dan kemampuan olah pikir dalam bentuk lain yang didapatkan seseorang sebagai anggota masyarakat dan keseluruhan bersifat kompleks. Dari kedua pengertian tersebut bisa disimpulkan bahwa sosial budaya memang mengacu pada kehidupan bermasyarakat yang menekankan pada aspek adat istiadat dan kebiasaan masyarakat itu sendiri.
  1. Sosial Budaya dalam pandangan Masyarakat
1.      Jenis Sosial Budaya dalam Masyarakat
Ada beberapa realitas sosial budaya yang terdapat di masyarakat, antara lain:
a.        Masyarakat
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang menempati wilayah tertentu dan membina kehidupan bersama dalam berbagai aspek kehidupan atas dasar norma sosial tertentu dalam waktu yang cukup lama.
Konsep masyarakat tidak berdiri sendiri, tetapi erat hubungannya dengan lingkungan. Hal tersebut berarti bahwa ketika seseorang berinteraksi dengan sesamanya, maka lingkungan menjadi faktor yang mempengaruhi sikap-sikap, perasaan, perlakuan dan kebiasaan-kebiasaan yang ada di lingkungannya.
b.      Interaksi sosial
Interaksi sosial adalah hubungan dan pengaruh timbal balik antarindividu,  antara individu dan kelompok, serta antar kelompok.
c.       Status dan peran
Status merupakan posisi seseorang dalam masyarakat dan bersifat statis. Sedangkan peran adalah pola tindakan atau perilaku dari orang yang memiliki status tertentu. Peran merupakan aspek masyarakat yang bersifat dinamis. Status dan peran tidak dapat dipisahkan, keduanya saling beriingan. Misalnya, status seorang sultan mengharusakan ia berperan sebagai tokoh panutan masyarakat.
d.      Nilai
Nilai adalah segala sesuatu yang dianggap baik dan benar oleh anggota masyarakat dan merupakan sesuatu yang diidam-idamkan. Pergeseran nilai akan mempengaruhi kebiasaan (folkways) dan tata kelakuan (mores).
e.       Norma
Norma merupakan wujud konkret dari nilai sosial. Norma dibuat untuk melaksanakan nilai-nila yang ada dalam masyarakat yang telah dianggap baik dan benar. Norma biasanya disertai dengan sanksi, agar norma dipatuhi oleh semua warga masyarakat.
Ada empat macam norma yang ada dalam masyarakat, antara lain: Norma agama, yaitu petunjuk hidup yang berupa perintah dan larangan yang berasal dari Tuhan.Norma adat atau kebiasaan, yaitu norma yang berkaitan dengan sistem penyelenggaraan hidup yang terjadi secara berulang-ulang karena dibakukan dan diyakini sebagai sesuatu yang baik.Norma kesusilaan atau kesopanan, yaitu tuntutan perilaku yang harus dipatuhi oleh setiap warga masyarakat. Norma ini memiliki substansi pokok mengenai penghargaan terhadap harkat dan martabat orang lain.Norma hukum, yaitu norma masyarakat yang dibuat oleh lembaga-lembaga berwenang seperti MPR, DPR, dan pemerintah. Norma hukum lebih bersifat memaksa daripada norma-norma yang lainnya.
f.        Lembaga sosial (pranata sosial)
Lembaga merupakan suatu sistem norma untuk mencapai suatu tujuan yang oleh masyarakat dianggap penting. Ada lima lembaga dasar yang terdapat dalam masyarakat, yaitu lembaga keluarga, lembaga keagamaan, lembaga pemerintahan, lembaga perekonomian, dan lembaga pendidikan.


g.      Sosialisasi
Sosialisasi merupakan proses individu belajar berinteraksi di tengah-tengah masyarakat. Melalui proses sosialisasi, seorang individu akan akan memperoleh pengetahuan-pengetahuan, nilai-nilai, dan norma-norma yang akan membekalinya dalam proses pergaulan.
h.      Perilaku menyimpang
Perilaku menyimpang merupakan bentuk perilaku masyarakat yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan perilaku menyimapang, yaitu :
1)      Tidak berfungsinya aparat penegak hukum.
2)      Memburuknya situasi sosial budaya masyarakat.
3)      Tidak berhasilnya proses pewarisan budaya.
4)      Proses sosialisasi yang tidak sempurna atau tidak lengkap, serta karena proses sosialisasi  terhadap sub-subkebudayaan yang menyimpang.
i.         Pengendalian sosial
Setiap masyarkat menginginkan adanya suatu ketertiban agar tata hubungan antarwarga masyarakat dapat berjalan secara tertib dan lancar. Oleh karena itu masyarakat menciptakan norma sebagai pedoman perilaku yang pelaksanaannya memerlukan suatu bentuk pegawasan dan pengendalian. Usaha yang dilakukan agar masyarakat berperilaku sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku disebut pengendalian sosial.
j.        Proses sosial
Proses sosial merupakan proses interaksi dan komunikasi antarkomponen masyarakat dari waktu ke waktu hingga mewujudkan suatu perubahan. Dalam suatu proses sosial terdapat komponen-komponen yang saling terkait satu sama lain, yaitu:
Struktur sosial, yaitu susunan masyarakat secara komprehensif yang menyangkut individu-individu, tata nilai, organisasi sosial, dan struktur budayanya. Struktur sosial merupakan suatu bangunan masyarakat yang abstrak dan menentukan bagaimana corak gerakan masyarakat itu menuju suatu perubahan.Interaksi sosial, yaitu keseluruhan jalinan antarwarga masyarakat,baik secara individu maupun secara kelompok dalam menyelenggarakan kehidupannya.Struktur alam lingkungan yang meliputi letak, bentang alam, iklim, flora dan fauna.
k.      Perubahan sosial budaya
Perubahan sosial budaya adalah perubahan struktur sosial dan budaya akibat adanya ketidaksesuaian di antara unsur-unsurnya sehingga memunculkan suatu corak sosial budaya baru yang dianggap ideal.
2.      Sosial Budaya Dalam Bermasyarakat
Dalam perjalanan hidup Anda pasti banyak mengalami perubahan. Mungkin Anda sendiri tidak menyadari segala perubahan itu. Akan tetapi, apabila kemudian Anda membandingkan antara kehidupan sekarang dan kehidupan yang dahulu mungkin Anda menyadari adanya perubahan, walaupun hanya sedikit yang berubah.
Demikian pula halnya dengan kehidupan masyarakat. Di dalam masyarakat yang merupakan kumpulan manusia, tentu akan mengalami perubahan karena ada dinamika sosial di dalamnya yang menandakan adanya kehidupan. Perubahan dalam suatu masyarakat dapat berlangsung dengan cepat atau lambat. Ada perubahan yang banyak memberikan pengaruh dan ada pula yang tidak.
Perubahan sosial budaya dan perubahan budaya merupakan dua hal yang sulit bahkan tidak bisa dipisahkan, karena perubahan budaya bisa di timbulkan akibat perubahan sosial atau juga sebaliknya perubahan sosial bisa timbul akibat perubahan budaya.
Saat ini, ketika teknologi komunikasi semakin modern, teknologi komunikasi banyak memperngaruhi terjadinya perubahan. Informasi semakin lama semakin mudah didapat dan komunokasi pun menjadi lebih mudah dilakukan. Penemuan-penemuan baru di bidang teknologi yang terjadi di suatu tempat dapat dengan cepat di ketahui oleh masyarakat lain yang jauh dari tempat tersebut.
Sejumlah ahli mengemukakan pendapatnya tentang perubahan sosial. Willam F. Ogburntidak memberikan pengertian konkret, apa itu perubahan sosial. Ia mengemukakan tentang ruang lingkup perubahan sosial. Menurutnya, perubahan sosial mencangkup unsure-unsur kebudayaan, baik yang material maupun yang immaterial, terutama menekankan pengaruh yang besar dari unsur-unsur kebudayaan material terhadap  kebudayaan immaterial.
Adapun Mac Iver lebih senang membedakan antara utilitarian elements dan cultural elements yang did dasarkan pada kepentingan-kepentingan manusia yang primer dan sekunder.Semua kegiatan dan ciptaan manusia dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori tersebut.sebuah mesin ketik,alat pencetak,computer atau system keuangan merupakan utilitarian elements karena manusia tidak menginginkan benda-benda tersebut dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhannya.
Adapun cultural elements merupakan ekspresi dari jiwa yang terwujud dalam cara-cara hidup dan berpikir,pergaulan hidup, seni kesusastraan,agama,rekreasi,dan hiburan. Sebuah potret,film,drama,dan filsafat termasuk Cultural elements  karena hal-hal tersebut secara langsung  memenuhi kebutuhan manusia. Oleh karena itu, perubahan sosial dalam pandangan Mac Iver di katakana sebagai perubahan-perubahan dalam jubungan sosial atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan hubungan sosial.
Sesuai dengan hasil kajian yang telah dilakukan, konsep mengenai aspek-aspeksosial budaya--meskipun batas-batasnya tidak tegas benar--dapat dibedakan ke dalam aspek-aspek sosial dan aspek-aspek budaya. Berkenaan dengan hal itu, konsep mengenai aspek-aspek sosial yang dimaksud, antara lain, sebagai berikut:
(1)       Tempat komunikasi berlangsung
(2)       Tujuan komunikasi
(3)       Peserta komunikasi, yang meliputi status sosial, pendidikan, usia, dan jenis kelaminnya
(4)       Hubungan peran dan hubungan sosial di antara peserta komunikasi, termasuk relasi, ada-tidaknya hubungan kekerabatan, dan tingkat keakraban peserta komunikasi
(5)       Topik pembicaraan
(6)       Situasi komunikasi
(7)       Waktu berlangsungnya komunikasi
(8)       Domain atau ranah pembicaraan
(9)       Sarana komunikasi yang digunakan
(10)   Ragam bahasa atau variasi bahasa
(11)   Penggunaan sistem sapaan
(12)   Peristiwa tutur (misalnya kuliah, pesta ulang tahun, upacara perkawinan, dsb.)
Agak berbeda dengan itu, aspek-aspek budaya yang diharapkan ada di dalam buku-buku bahan ajar MIPA adalah sebagai berikut.
(1) Benda-benda budaya (artifact)
(2) Gerak-gerik anggota badan (kinesics)
(3) Jarak fisik ketika berkomunikasi (proxemics)
(4) Kontak pandangan mata ketika berkomunikasi
(5) Penyentuhan (kinesthesics)
(6) Adat-istiadat atau kebiasaan-kebiasaan yang berlaku di masyarakat
(7) Sistem nilai yang berlaku di masyarakat
(8) Sistem religi yang dianut masyarakat
(9) Mata pencarian penduduk
(10) Kesenian
(11) Pemanfaatan waktu
(12) Cara berdiri, cara duduk, dan cara menghormati orang lain
(13) Keramah-tamahan, tegur sapa, dan basa-basi
(14) Pujian
(15) Hal-hal yang tabu dan pantang
(16) Gotong royong dan tolong-menolong
(17) Sopan santun, termasuk penggunaan eufemisme
C.    Sosial Budaya dalam perspektif Pedagogik
1.      Tinjauan Sosial Budaya dan Pedagogik
Pembelajaran selalu mengandung nilai yang berlaku dalam masyarakat. Disamping itu, keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi juga oleh lingkungan (sosial). Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya, harus menjadi dasar dan acuan untuk mencapai keberhasilan pembelajaran. Telah jelas bagi kita bahwa pembelajaran dan pendidikan memegang peranan yang sangat besar terhadap penyampaian kebudayaan, proses sosialisasi individu dan bahkan rekostruksi masyarakat. Meskipun sering kali menemui kesulitan tentang bentuk-bentuk kebudayaan mana patut disampaikan serta kearah mana proses sosialisai dan bentuk masyarakat yang bagaimana ingin direkonstruksi sesuai dengan tuntutan masyarakat.
Pedagogik memandang lembaga pendidikan sebagai salah satu struktur sosial dan kebudayaan dalam suatu masyarakat. Lembaga pendidikan, seperti sekolah perlu dipersiapkan agar lembaga tersebut berfungsi sesuai dengan perubahan sosial yang terjadi. Apabila lembaga sekolah tidak dapat mengikuti perubahan sosial maka dia kehilangan fungsinya dan kemungkinan besar dia ditinggalkan masyarakat. Fungsi sekolah ialah mentarnsmisikan nilai-nilai yang hidup di dalam masyarakat dan kebudayaan pada saat itu. Di dalam pedagogik tradisional, tempat individu adalah sebagai obyek perubahan sosial. Individu tersebut mempelajari peranan yang baru di dalam kehidupan sosial yang berubah. Sekolah adalah tempat yang memperoleh legitimasinya dari kehidupan masyarakat atau pemerintah yang mempunyainya.Perubahan Sosial ditinjau dari Pedagogik Modern (pedagogik transformatif). Titik tolak dari pedagogik transformatif ialah “individu-yang-menjadi.” Apa artinya individu-yang-menjadi? Hal ini berarti seorang individu hanya dapat berkembang di dalam interaksinya dengan tatanan kehidupan sosial budaya di mana dia hidup. Individu tidak dapat berkembang apabila diisolasikan dari dunia sosial budaya di mana dia hidup. Hal ini berarti adanya suatu pengakuan peran aktif partisipatif dari individu yang menjadi dalam tatanan kehidupan sosial dan budayanya.

Individu bukanlah sekedar menerima nilai-nilai tersebut hanya dapat dimilikinya melalui peranannya yang aktif partisipatif di dalam aktivitas sosial budaya dalam lingkungannya.Jadi, berbeda dengan pandangan pedagogik tradisional yang melihat individu sebagai suatu makhluk yang pasif reaktif, yang hanya berkembang karena pengaruh-pengaruh dari luar, termasuk pengaruh dari perubahan sosial yang terjadi dalam lingkungannya.
Dalam pendidikan transformatif, peserta didiklah yang berperan terjadinya perubahan dalam diri mereka.Adapun peran guru hanyalah sebagai pendorong dan motivator. Dalam hal ini, kita ingat filosofi Ki Hadjar Dewantara yang berbunyi: Tut Wuri Handayani artinya dari belakang memberikan dorongan dan arahan. Hal ini mempunyai makna yang kuat tentang peran dan fungsi guru.
Para guru perlu berperan sebagai pendorong atau motivator.Mereka juga perlu berperan sebagai pengarah atau pembimbing yang tidak membiarkan peserta didik melakukan hal yang kurang sesuai dengan tujuan pendidikan.Dengan demikian, para guru perlu menjadi fasilitator agar dorongan dan bimbingan dapat terwujud dalam perubahan perilaku peserta didik.
2.      Peran dan dukungan Masyarakat di dunia Pendidikan
Sekolah tidak dapat dipisahkan dari masyarakat, hal ini jelas karena :
a)      Sekolah milik masyarakat
b)      Sekolah sebagai mercu penerang dan pusat kebudayaan
c)      Sekolah bermanfaat bagi kemajuan budaya masyarakat, khususnya pendidikan anak-anak
d)      Masyarakat memberi dukungan kepada sejumlah sekolah
e)      Perlu ada badan kerjasama antara sekolah dengan masyarakat dalam menyukseskan pendidikan.
Sebagian besar masyarakat Indonesia sekarang sudah sadar akan pentingnya pendidikan untuk meningkatkan hidup dan kehidupan, asumsi mereka adalah makin tinggi ijazah yang dapat diraih makin cepat dapat pekerjaan serta makin besar gaji yang diterima.
Tidak banyak yang menyadari (bahkan oleh pendidik sekalipun) bahwa kebudayaan termasuk pendidikan di masyarakat, adalah sarana/wadah yang penting dalam  proses pembelajaran untuk mengembangkan anak secara wajar , akibatnya perlu dilakukannya sejumlah pembenahan, antara lain :
a)      Kerjasama orang tua, masyarakat, dan pemerintah dalam memperbaiki pendidikan perlu ditingkatkan.
b)      Pendidikan nonformal dan  pendidikan informal, harus ditangani secara serius, paling sedikit sama intensitasnya dengan penanganan pendidikan jalur formal.
c)      Kebudayaan, terutama tayangan televisi, yang paling banyak pengaruhnya terhadap perkembangan anak dan remaja, perlu ditangani dengan baik agar tidak berdampak negatif.
d)      Kebudayaan-kebudayaan negatif yang lain perlu dihilangkan dengan berbagai cara.

Selanjutnya untuk membuat anak menjadi mandiri dan berkompetensi, yang sebetulnya juga merupakan cita-cita pendidikan yang telah digariskan, merupakan persoalan metodologi belajar dan mengajar. Bila dalam belajar mereka sering atau selalu dihadapkan pada masalah yang nyata terjadi di masyarakat dan diberi kesempatan untuk memecahkannya, tentu tujuan itu lama-lama akan tercapai. Untuk itu, dalam  masa transisi ini kalau pendidikan akan direorganisasi, perlu :
1)      Memasukkan materi pelajaran yang diambil dari keadaan nyata di masyarakat atau keluarga.
2)      Metode belajar yang mengaktifkan siswa baik individual maupun kelompok.
3)      Beberapa kali mengadakan survei di masyarakat tentang berbagai kebudayaan.
4)      Ikut memecahkan masalah masyarakat dan keluarga.
5)      Memberi kesempatan berinovasi atau kreatif

D.    Masalah Sosial budaya yang berhubungan dengan Masyarakat dan Dunia Pendidikan
1.      Tawuran Antar pelajar sebagai salah satu contoh masalah sosial budaya di masyarakat dan bidang pendidikan
Tawuran pelajar merupakan salah satu bentuk perilaku negatif yang sangat marak terjadi dikota -kota besar, misalnya Jakarta. Permasalahan remeh dapat menyulut pertengkaran individual yang berlanjut menjadi perkelaian masal dan tak jarang melibatkan penggunaan senjata tajam atau bahkan senjata api. Banyak korban yang berjatuhan, baik karena luka ringan, luka berat, bakan tidak jarang terjadi kematian. Tawuran ini juga membawa dendam berkepanjangan bagi para pelaku yang terlibat didalamnya dan sering berlanjut pada tahun-tahun berikutnya.
Hal ini tentunya merupakan fenomena yang sangat memprihatinkan. Generasi yang diharapkan mampu membawa perubahan bangsa kearah yang lebih baik ternyata jauh dari harapan. Kondisi ini juga dapat membawa dampak buruk bagi masa depan bangsa. Lickona menyebutkan beberapa tanda dari perilaku manusia yang menunjukkan arah kehancuran suatu bangsa antara lain meningkatnya kekerasan dikalangan remaja, pengaruh kelompok sebaya terhadap tindakan kekerasan, dan semakin kaburnya pedoman moral.
Fenomena tawuran yang terjadi di Indonesia beberapa pekan terakhir membuka mata kita kembali akan maraknya kekerasan dalam pergaulan sosial remaja pelajar Indonesia yang lama sempat tengelam ditengah hiruk pikuk carut marut pendidikan nasional. Bila dicermati, respon masyarakat awam maupun kalangan pendidikan terhadap fenomena tawuran selalu saja mengkambinghitamkan problem-problem sosial di luar sekolah yang mempengaruhi pembentukan perilaku negatif pelajar. Disinilah letak penyimpangan intepretasi sosial yang terkadang mewujud kepada penanganan yang selama ini terbukti tidak efektif mengurangi angka kejadian tawuran pelajar di Indonesia. Seorang Psikolog tersohor, Maslow, mengkategorikan beberapa motif perilaku kepada bangunan piramida motivasi manusia. Dalam teori motivasinya, Maslow menyebutkan bahwa salah satu motivasi tindakan manusia adalah untuk memperoleh pengakuan eksistensial dari sesamanya. Disinilah titik penting yang sering terlepas dari kesadaran kritis kita dalam menyoroti fenomena tawuran antar pelajar selama ini.
Pelajar adalah manusia yang hidup dalam situasi transisi antara dunia anak menuju dewasa. Disinilah ruang dimana seorang manusia remaja mulai menyadari kebutuhan-kebutuhan sosialnya untuk diterima sekaligus diakui oleh komunitas masyarakat disekitarnya. Ruang baru yang mereka huni tersebut terkadang menuntut hadirnya kultur solidaritas yang dalam beberapa kasus, bukan tidak mungkin, menyimpang menjadi sebuah sikap fanatisme dan vandalisme. Inilah mengapa kemunculan fenomena tawuran selalu diwarnai dengan kehadiran kelompok-kelompok vandalistik (baca: gank) yang biasanya mengundang perasaan-perasaan fanatisme berlebih dari setiap anggotanya.
Banyak sekali alasan yang bisa menjadikan tawuran antar-pelajar terjadi. Pelajar sering kali tawuran hanya karena masalah sepele, seperti saling ejek, berpapasan di bus, pentas seni, atau pertandingan sepak bola. Bahkan, yang baru terjadi awal bulan ini, tawuran dipicu saling ejek di Facebook, yang kemudian sampai menyebabkan nyawa seorang pelajar melayang. Padahal, jejaring sosial, kan, hanya untuk having fun, bukan untuk menjadi pemicu tawuran.
Tak jarang disebabkan oleh hanya saling menatap antar sesama pelajar yang berbeda sekolahan. Bahkan saling rebutan wanita pun bisa menjadi pemicu tawuran. Dan masih banyak lagi sebab-sebab lainnya. Selain alasan-alasan yang spontan, ada juga tawuran antar-pelajar yang sudah menjadi tradisi.
       Dari jajak pendapat Kompas pada bulan Oktober, dengan responden di 12 kota di Indonesia, diketahui sebanyak 17,5 persen responden mengakui bahwa saat dia bersekolah SMA, sekolahnya pernah terlibat tawuran antar-pelajar. Tidak sedikit pula responden atau keluarga responden yang mengaku pada masa bersekolah terlibat tawuran atau perkelahian massal pelajar. Jumlahnya mencapai 6,6 persen atau sekitar 29 responden.
Di antara pelajar laki-laki, tawuran seperti sudah menjadi tradisi yang harus dilakukan. Kalau enggak tawuran, enggak jantan, enggak keren, enggak mengikuti perkembangan zaman, atau banyak lagi anggapan lain.
Dosen Psikologi Universitas Indonesia, Winarini Wilman, dalam diskusi bersama Litbang Kompas, bulan lalu, mengatakan, fenomena tawuran pelajar di Jakarta sudah terjadi selama puluhan tahun. Dari kacamata psikologis, ujar Winarini, tawuran merupakan perilaku kelompok. Ada sejarah, tradisi, dan cap yang lama melekat pada satu sekolah yang lalu terindoktrinasi dari siswa senior kepada yuniornya.
Tawuran lebih sering terjadi di jalanan, jauh dari sekolah. Tawuran juga sering kali terjadi di titik yang sama dan waktu yang sama. Aparat keamanan pun sering berjaga di titik tersebut, tetapi siswa yang hendak tawuran selalu bisa mencari cara untuk tetap tawuran.
Dalam penelitian untuk disertasi berjudul ”Student Involvement in Tawuran: A Social-psychological Interpretation of Intergroup Fighting among Male High School Students in Jakarta”, tahun 1996-1997, Winarini menemukan adanya fenomena barisan siswa (basis) yang terdiri atas 10-40 siswa. Mereka bersama-sama pergi dan pulang sekolah naik bus umum. Basis itu terbentuk berdasarkan keyakinan bahwa mereka akan diserang oleh sekolah musuh bebuyutan mereka (Kompas, 26/11).
2.      Dampak karena tawuran pelajar
a.       Kerugian fisik, pelajar yang ikut tawuran kemungkinan akan menjadi korban. Baik itu     cedera ringan, cedera berat, bahkan sampai kematian
b.      Masyarakat sekitar juga dirugikan. Contohnya : rusaknya rumah warga apabila pelajar yang tawuran itu melempari batu dan mengenai rumah warga
c.       Terganggunya proses belajar mengajar
d.      Menurunnya moralitas para pelajar
e.       Hilangnya perasaan peka, toleransi, tenggang rasa, dan saling menghargai
E.     Upaya Mengatasi masalah sosial budaya di masyarakat dan pendidikan
Berikut ini beberapa upaya dalam mengatasi masalah sosial budaya di masyarakat dan pendidikan :
1)      Bekali  dengan pengetahuan agama sebanyak-banyaknya. Di sekolah memang kita diajarkan juga pelajaran Agama, tapi spaling lama 2 jam seminggu, belum dibareng di dengan maen-maen, dan juga pelajaran Agama disekolah lebih terfokus ke Nilai akhir ketika ujian (ahlak mah jauh), mungkin karna faktor inilah (kurangnya kesadaran beragama para siswa ) yang membuat para pelajar tidak punya pegangan untuk bisa menahan diri dalam pergaulan antar siswa. Ini juga bisa menjadi pesan serius untuk para orang Tua, untuk jangan hanya mengarahkan anak anak mereka untuk berprestasi dalam pelajaran-pelajaran dunia saja, akan tetapi harus diimbangi dengan prestasi ahlak dan budi pekerti dengan mengarahkan anak anak mereka untuk belajar agama di luar waktu sekolah
2)      Pengawasan orang Tua. Tidak perlu menyewa intelegen khusus untuk melakukan tugas ini. Dengan menjalin komonikasi yang baik dengan anak, saya yakin sudah cukup membentengi anak dari pengaruh negatif lingkungannya.
3)      Mengikuti kegiatan tambahan di sekolah. Mengikuti kegiatan kegiatan luar sekolah saya kira sangat ampuh untuk menyalurkan energi berlebih pada diri siswa. Jika boleh kasih saran sama orang tua [jika ada yang kebetulan baca] masukkan anak-anak anda ke kegiatan luar sekolah seperti Bela Diri, bukan untuk mengajar mereka berkelahi (walaupun sebenarnya wajib diajarkan), akan tetapi menurut pengalaman saya pribadi, semakin pinter seseorang berkelahi, semakin ingin mereka menjauhi perkelahian tersebut. Cerita dikit, saya belajar bela diri sudah hampir 10 tahun lamanya, tepatnya beladiri kung fu, tapi semakin lama saya belajar, saya semakin takut untuk terlibat dalam perkelahian, terutama perkelahian fisik, begitupun juga dengan sifu sifu saya, mereka nyaris tidak pernah ikut perkelahian, walaupun ada beberapa tapi sebatas pembelaan diri saja. Dan saya kira jika anda sudah pernah belajar beladiri (bukan yang setengah setengah, karna biasanya yang belajar setengah setengah sering membuat ulah) anda sudah faham akan hal tersebut, karna ILMU PADI berlaku juga di sini.
4)      Jangan mudah terprovokasi. teliti, cermati dan gali setiap informasi yang kita dengar, dan kita lihat, sebelum mengambil tindakan terhadap permasalahan tersebut.
5)      Pengawasan sekolah. Sekolah bisa saja membuat aturan aturan khusus kepada siswanya untuk bisa meminimalisir terjadinya ketegangan siswa antar sekolah, Terutama buat sekolah sekolah yang jaraknya berdekatan.
6)      Hindari nongkrong habis pulang sekolah. Nongkrong habis pulang sekolah sering menjadi pemicu awal terjadinya pertikaian antar sekolah. Jika suatu kelompok siswa bertemu dengan kelompok siswa dari sekolah lainnya, rentan sekali terjadi gesekan gesekan yang bisa memicu tawuran antar pelajar.
7)      Jalin silaturrahmi antar sekolah, bisa dengan cara mengadakan pertandingan pertandingan olah raga antar sekolah. TAPI..........Perlu menjadi catatan, sangat tidak di anjurkan melakukan pertandingan antar sekolah untuk oleh raga yang bersentuhan langsung dengan para pemainnya, seperti sepak bola contohnya, karna menurut pengalaman, berawal dari cidera pemain yang tersenggol pemain lawan, timbul ap-api dendam dalam diri siswa untuk melanjutkan pertandingan tersebut ke arena tawuran.
8)      Pesan untuk pemerintah daerah. Pembangungan sekolah sekolah jangan sampe terlalu berdekatan lah, supaya tidak mudah terjadi gesekan antar pelajar nantinya.
9)      Awasi kendaraan yang digunakan Siswa. Pengalaman kenalpot motor siwa banyak yang suaranya membludak memekakkan telinga (maklum jiwa alay masih sangat kuat ) dan ketika yang mpunya motor melewati kawanan siswa dari sekolah lain, sering ada yang tersinggu (padahal cuman lewat doang) dan dari sana juga sering timbul pertikain.
10)  Memfasilitasi para pelajar untuk baik dilingkungan rumah atau dilingkungan sekolah  untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat  diwaktu luangnya.
F.     Program
Program kegiatan sosial budaya dalam pespektif pedagogik adalah :
1.      Kegiatan Ekstrakurikuler/Tambahan
Kegiatan Ekstrakurikuler adalah kegiatan non-pelajaran formal yang dilakukan peserta didik sekolah atau universitas, umumnya di luar jam belajar kurikulum standar. Kegiatan-kegiatan ini ada pada setiap jenjang pendidikan dari sekolah dasar sampai universitas
dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler (tambahan) bisa mengurangi kenakalan remaja, sehingga kenakaln-kenakalan remaja bisa berkurang, Berikut ini adalah nama-nama ekskul yang umumnya ada di institusi pendidikan formal, yakni :
a.       Ekstrakurikuler Pramuka
b.      Ekstrakurikuler Rohis
c.       Ekstrakurikuler Paskibra
d.      Ekstrakurikuler PMR
e.       Ekstrakurikuler Club Bahasa
f.        Ekstrakurikuler / Ekskul Olahraga :
-       Sepak Bola
-       Bola Basket
-       Bola Voli
-       Futsal
-       Tenis Meja
-       Bulutangkis
-       Renang
g.      Ekstrakurikuler / Ekskul Seni Beladiri :
-       Karate
-       Silat
-       Tae Kwon Do
-       Gulat
-       Tarung Drajat
h.      Ekstrakurikuler / Ekskul Seni Musik
-       Band
-       Paduan Suara
-       Orkestra
-       Drumband / Marchingband
-       Akapela
-       Angklung
-       Nasyid
-       Qosidah
-       Karawitan
i.        Ekstrakurikuler / Ekskul Seni Tari Dan Peran
-       Cheerleader
-       Modern Dance / Tari Modern
-       Tarian Tradisional
-       Teater
j.        Ekstrakurikuler / Ekskul Seni Media
-       Jurnalistik
-       Majalah Dinding / Mading
-       Redio Komunikasi
-       Fotografi
-       Sinematrografi
2.      Bimbingan Konseling
bimbingan dan konseling yaitu suatu bantuan yang diberikan oleh konselor kepada konseli agar konseli mampu menyelesaikan masalah yang dihadapinya dan juga mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya.
Dimana Bimbingan Konseling ini memiliki beberapa tujuan yaitu :
a.              Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek pribadi-sosial konseli adalah:
·                  Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, Sekolah/Madrasah, tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya.
·                  Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.
·                  Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang menyenangkan (anugrah) dan yang tidak menyenangkan (musibah), sertadan mampu meresponnya secara positif sesuai dengan ajaran agama yang dianut.
·                  Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan; baik fisik maupun psikis.
·                  Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.
·                  Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehat
·                  Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya. Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap tugas atau kewajibannya.
·                  Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan, atau silaturahim dengan sesama manusia.
·                  Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik bersifat internal (dalam diri sendiri) maupun dengan orang lain.
·                  Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.
b.             Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek akademik (belajar) adalah :
·                  Memiliki kesadaran tentang potensi diri dalam aspek belajar, dan memahami berbagai hambatan yang mungkin muncul dalam proses belajar yang dialaminya.
·                  Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan membaca buku, disiplin dalam belajar, mempunyai perhatian terhadap semua pelajaran, dan aktif mengikuti semua kegiatan belajar yang diprogramkan.
·                  Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.
·                  Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti keterampilan membaca buku, mengggunakan kamus, mencatat pelajaran, dan mempersiapkan diri menghadapi ujian.
·                  Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan, seperti membuat jadwal belajar, mengerjakan tugas-tugas, memantapkan diri dalam memperdalam pelajaran tertentu, dan berusaha memperoleh informasi tentang berbagai hal dalam rangka mengembangkan wawasan yang lebih luas.
·                  Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian.
c.              Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek karir adalah :
§  Memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat dan kepribadian) yang terkait dengan pekerjaan.
§  Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karir yang menunjang kematangan kompetensi karir.
§  Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja dalam bidang pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri, asal bermakna bagi dirinya, dan sesuai dengan norma agama.
§  Memahami relevansi kompetensi belajar (kemampuan menguasai pelajaran) dengan persyaratan keahlian atau keterampilan bidang pekerjaan yang menjadi cita-cita karirnya masa depan.
§  Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut, lingkungan sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan kerja.
§  Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan secara rasional untuk memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat, kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial ekonomi.
§  Dapat membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan arah karir. Apabila seorang konseli bercita-cita menjadi seorang guru, maka dia senantiasa harus mengarahkan dirinya kepada kegiatan-kegiatan yang relevan dengan karir keguruan tersebut.
§  Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat. Keberhasilan atau kenyamanan dalam suatu karir amat dipengaruhi oleh kemampuan dan minat yang dimiliki.
Dan masih banyak lagi kegiatan-kegiatan yang menyangkut sosial budaya dalam perspektif kognitif yang bermanfaat.
BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
Permasalah sosial budaya yang terjadi masyarakat dari perkembangan zaman terus terjadi, yang merambah kedunia pendidikan, maraknya perkelahian antar pelajar yang menjadi permasalahan sosial budaya yang terdapat di sekitar masayarakat membuat para pihak pendidikan, orang tua, serta masyarakat sadar akan dampak yang di dapatkan serta dirasakan akan hal tersebut. Berdasarkan perspektif pedagogik perlunya kerjasama antara pihak terkait seperti orang tua, masyarakat serta pemerintah dalam memperbaiki pendidikan sekarang. Sekolah sebagai lembaga pendidikan harus berfungsi sesuai dengan perubahan sosia karena jika tidak dapat mengikuti perubahan sosial maka suatu lembaga akan kehilangan funsinya dan kemungkinan akan ditinggalkan oleh masyarakat.oleh karena itu, ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah yang sosial budaya di masyarakat dan pendidikan yaitu perlunya pembekalan anak dengan pengetahuan agama sebanyak- banyaknya serta pengawasan orang tua dengan menjalin komunikasi yang baik dengan anak sehingga cukup membekali anak dari pengaruh negatif lingkungan. Melalui pengawasan sekolah, sekolah dapat membuat aturan- aturan khusus kepada siswa untuk bisa meminimalisir terjadinya ketegangan siswa antar sekolah.kemudian beri anak pengertian akan “ hindari nongkrong sehabis pulang sekolah” karena hal tersebut sering menjadi pemicu awal terjadinya pertikaian antar sekolah selain itu fasilitasi anak untuk baik di lingkungan sekolah maupun rumah untuk melakukan kegiatan –kegiatan ynag bermanfaat sehingga dengan demikin dapat meminimalkan/ mencegah terjadinya permasalahn sosial budaya yang terjadi dikalangan pelajar.
B.     Saran
Bagi pendidikan :
1.      Bekali  dengan pengetahuan agama seoptimal mungkin.
2.      Mengikutsertakan anak- anak dalam mengikuti kegiatan luar sekolah misalnya bela diri bukan untuk mengajar mereka berkelahi (walaupun sebenarnya wajib diajarkan), akan tetapi menurut pengalaman ,semakin pinter seseorang berkelahi, semakin ingin mereka menjauhi perkelahian tersebut.
3.      Pengawasan sekolah. Sekolah bisa saja membuat aturan aturan khusus kepada siswanya untuk bisa meminimalisir terjadinya ketegangan siswa antar sekolah
Bagi para orang Tua
1.      untuk jangan hanya mengarahkan anak anak mereka untuk berprestasi dalam pelajaran-pelajaran dunia saja, akan tetapi harus diimbangi dengan prestasi ahlak dan budi pekerti dengan mengarahkan anak anak mereka untuk belajar agama di luar waktu sekolah
2.      pengawasan orang tua dengan menciptakan komunikasi baik dengan anak
3.      Kebudayaan, terutama tayangan televisi, yang paling banyak pengaruhnya terhadap perkembangan anak dan remaja, perlu ditangani dengan baik agar tidak berdampak negatif


Daftar Pustaka

Guru Fenk. Perubahan Sosial dan Pendidikan. http://japarlotim.blogspot.co.id/2015/03/perubahan-sosial-dan-pendidikan.html Diakses tanggal 2 Desember 2015 pukul 20.00
Hartono, Agung.2006. Perkembangan Peserta Didik. (Jakarta: Rineka Cipta Jakarta).
Hakiim Lukmanul,Drs,M.Pd Perencanaan Pembelajaran. (Bandung : CV Wacana Prima,2007
Kartini Kartono Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), hlm. 97.
Hidayat Syarif,Dr.H,M.Pd Perkembangan Peserta didik. (Jakarta : Pustaka Mandiri,2014).
M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT.Golden Terayon Press, 2005), hlm. 81
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994, hlm.226-227
Soekanto  Soerjono,  Sosiologi  Suatu  Pengantar,  (Jakarta:  PT.  Raja  Grafindo Persada, 2009), hlm. 375.
Soetomo.2011.”Masalah sosial dan Upaya pemecahannya” :Pustaka pelajar.
>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar