BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Teori psikologi telah mengungkapkan bahwa manusia
tumbuh dan berkembang dari masa bayi ke masa dewasa melalui beberapa langkah,
tahapan dan jenjang. Kehidupan anak pada dasarnya merupakan kemampuan
berhubungan dan berinteraksi dengan lingkungan sosial budayanya. Pada proses
interaksi sosial ini. Faktor intelektual penting. Agar proses tersebut berjalan
dengan baik dan benar.
Pendidikan adalah hal yang sangat dibutuhkan oleh
setiap insan sebagai salah satu modal agar dapat berhasil dan meraih kesuksesan
dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha sadar manusia dalam menciptakan
diri dan masyarakat agar mempertahankan hidup dalam arus perkembangan zaman.
Sebagai usaha sadar, proses pendidikan dilakukan
secara terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki
kekuatan spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat serta tuntutan zaman.
Sesunggguhnya, pendidikan adalah upaya sadar
mengembangkan potensi yang dianugrahhkan tuhan kepada manusia dan diarahkan
pada tujuan yang diarahkan pada tujuan yang diharapkan agar memanusiakan
manusia atau menjadikannya sebagai insan kamil.
Manusia dan kebudayaan merupakan satu kesatuan yang
tidak terpisahkan, sementara itu pendukung kebudayaan adalah makhluk manusia
itu sendiri. Sekalipun makhluk manusia akan mati, tetapi kebudayaan yang
dimilikinya akan diwariskan pada keturunannya, demikian seterusnya. Pewarisan
kebudayaan makhluk manusia, tidak selalu terjadi secara vertikal atau kepada
anak-cucu mereka; melainkan dapat pula secara horisontal yaitu manusia yang
satu dapat belajar kebudayaan dari manusia lainnya. Berbagai pengalaman makhluk
manusia dalam rangka kebudayaannya, diteruskan dan dikomunikasikan kepada
generasi berikutnya oleh indiividu lain. Berbagai gagasannya dapat
dikomunikasikannya kepada orang lain karena ia mampu mengembangkan
gagasan-gagasannya itu dalam bentuk lambang-lambang vokal berupa bahasa, baik
lisan maupun tertulis.
Kebudayaan mengenal ruang dan tempat tumbuh
kembangnya, dengan mengalami perubahan, penambahan dan pengurangan. Manusia
tidak berada pada dua tempat atau ruang sekaligus, ia hanya dapat pindah ke
ruang lain pada masa lain. Pergerakan ini telah berakibat pada persebaran
kebudayaan, dari masa ke masa, dan dari satu tempat ke tempat lain. Sebagai
akibatnya di berbagai tempat dan waktu yang berlainan, dimungkinkan adanya unsur-unsur
persamaan di samping perbedaan-perbedaan. Oleh karena itu di luar masanya,
suatu kebudayaan dapat dipandang ketinggalan zaman (anakronistik), dan di luar
tempatnya dipandang asing atau janggal.
Setiap kelompok masyarakat mempunyai pola hidup
berlainan, bahkan orientasi dalam menjalani kehidupan pun tidak sama. Sebagai
suatu unit sosial, setiap kelompok masyarakat saling berinteraksi yang
memungkinkan terjadinya pertukaran budaya. Dalam proses interaksi itu, setiap
kelompok masyarakat saling mempelajari, menyerap, dan mengadopsi budaya
kelompok masyarakat lain yang kemudian melahirkan sintesis budaya baru. Dalam
kajian antropologi, ada tiga istilah untuk menjelaskan peristiwa interaksi
sosial budaya, yakni sosialisasi, akulturasi, dan enkulturasi. Ketiganya saling
terkait, namun masih tetap bisa dibedakan antara satu dan yang lain.
Dapat dikatakan, sistem persekolahan adalah salah
satu pilar penting yang menjadi tiang penyangga sistem sosial yang lebih besar
dalam suatu tatanan kehidupan masyarakat, untuk mewujudkan cita-cita kolektif.
Maka, pendidikan yang diselenggarakan melalui-meskipun tidak hanya terbatas
pada-sistem persekolahan semestinya dimaknai sebagai sebuah strategi kebudayaan
(lihat artikel Media Indonesia, 9/11/2009). Dalam hal ini, pendidikan merupakan
medium transformasi nilai-nilai budaya, penguatan ikatan-ikatan sosial
antarwarga masyarakat, dan pengembangan ilmu pengetahuan untuk mengukuhkan
peradaban umat manusia.
Sebuah masalah terjadi ketika apa yang diharapkan dan dicita-citakan tidak sesuai dengan realita yang terjadi. Semakin tinggi tingkat heterogenitas sebuah masyarakat semakin tinggi pula sebuah wilayah terjadi masalah. Masalah sosial juga dapat terjadi sebagai dampak negatif dari adanya suatu perubahan sosial-budaya dalam masyarakat. Masalah sosial berhubungan erat dengan nilai-nilai sosial dan lembaga kemasyarakatan. Dikatakan sebagai masalah sosial karena masalaha tersebut bersangkut-paut dengan hubungan antarmanusia dan di dalam kerangka bagian-bagian kebudayaan yang normatif. Sehingga masalah sosial bersangkut-paut dengan gejala-gejala yang mengganggu kelanggengan dalam masyarakat.
Masalah sosial yang terjadi di Indonesia sangat bervariasi, mulai dari kemiskinan, kejahatan, disorganisasi keluarga, narkoba, fenomena bunuh diri, kenakalan remaja, penyimpangan seksual, hingga konflik sosial. Kenakalan remaja pada dasarnya akan selalu terjadi di dalam pendidikan dan bermasyarakat. Melihat realita tersebut saya tertarik untuk membahas lebih dalam mengenai masalah sosial yang berupa kenakalan remaja.
Sebuah masalah terjadi ketika apa yang diharapkan dan dicita-citakan tidak sesuai dengan realita yang terjadi. Semakin tinggi tingkat heterogenitas sebuah masyarakat semakin tinggi pula sebuah wilayah terjadi masalah. Masalah sosial juga dapat terjadi sebagai dampak negatif dari adanya suatu perubahan sosial-budaya dalam masyarakat. Masalah sosial berhubungan erat dengan nilai-nilai sosial dan lembaga kemasyarakatan. Dikatakan sebagai masalah sosial karena masalaha tersebut bersangkut-paut dengan hubungan antarmanusia dan di dalam kerangka bagian-bagian kebudayaan yang normatif. Sehingga masalah sosial bersangkut-paut dengan gejala-gejala yang mengganggu kelanggengan dalam masyarakat.
Masalah sosial yang terjadi di Indonesia sangat bervariasi, mulai dari kemiskinan, kejahatan, disorganisasi keluarga, narkoba, fenomena bunuh diri, kenakalan remaja, penyimpangan seksual, hingga konflik sosial. Kenakalan remaja pada dasarnya akan selalu terjadi di dalam pendidikan dan bermasyarakat. Melihat realita tersebut saya tertarik untuk membahas lebih dalam mengenai masalah sosial yang berupa kenakalan remaja.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka dapat di rumuskan
masalah dalam Tugas individu ini adalah
sebagai berikut :
1.
Apa yang di
maksud dengan Sosial Budaya?
2.
Bagaimana
Sosial Budaya dalam pandangan Masyarakat ?
3.
Sosial Budaya
dalam perspektif Pedagogik ?
4.
Masalah
Sosial budaya yang berhubungan dengan Masyarakat dan Dunia Pendidikan
5.
Upaya
Mengatasi masalah sosial budaya di masyarakat dan dunia pendidikan
6.
Program
C.
Tujuan Penyusunan Tugas individu
Adapun tujuan penyusunan Tugas individu ini adalah untuk menjelaskan:
1.
Pengertian Sosial Budaya
2.
Bagaimana
Sosial Budaya dalam pandangan Masyarakat
3.
Sosial Budaya
dalam perspektif Pedagogik
4.
Masalah
Sosial budaya yang berhubungan dengan Masyarakat dan DuniaPendidikan
5.
Upaya Mengatasi
masalah sosial budaya di masyarakat dan dunia pendidikan
6.
Program
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Sosial Budaya
Menurut
kamus besar bahasa indonesia, pengertian sosial adalah : suatu ilmu yang
mempelajari tentang segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat. Jadi,
sosial adalah ilmu yang dapat mencakup semua kegiatan masyarakat, seperti
sifat, perilaku dan lain lain.
Budaya adalah
suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok
orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk
dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya,merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusah berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya, dan
menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh.
budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut
menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar, dan
meliputi banyak kegiatan sosial manusia.Beberapa alasan mengapa orang mengalami
kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam
definisi budaya: Budaya adalah
suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang
mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri."Citra yang
memaksa" itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti
"individualisme kasar" di Amerika,
"keselarasan individu dengan alam" di Jepang dan "kepatuhan kolektif" di Cina.
Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut
membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan
menetapkan dunia makna dan nilai logisyang dapat
dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa
bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka. Dengan demikian,
budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan
aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
Berbicara mengenai sosial budaya tak akan bisa
lepas dari peran manusia sebagai makhluk sosial dan kebiasaan sebagai budaya
mereka. Pengertian sosial budaya menurut para ahli akan beragam
maknanya tergantung dari sudut pandang mana mereka mendefinisikannya. Bila
dilihat dari istilahnya, sosial budaya terbentuk dari dua kata yang sebenarnya
bisa dimaknai secara terpisah, yakni sosial dan budaya. Menurut W. J. S.
Poerwadarminta, dalam kamus bahasa Indonesia miliknya, sosial dimaknai sebagai
segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat atau kemasyarakatan; suka
memperhatikan kepentingan umum. Sedangkan budaya berasal dari kata Sans atau
Bodhya yang bermakna pikiran dan akal budi, budaya diartikan sebagai segala hal
yang dibuat oleh manusia berdasarkan pikiran dan akal budinya yang mengandung
cinta, rasa, dan karsa. Jadi, dapat disimpulkan dari segi istilah, sosial
budaya merupakan segala hal yang diciptakan oleh manusia dengan pikiran dan
budinya dalam kehidupan bermasyarakat.
Untuk lebih menjelaskan mengenai sosial budaya,
berikut ini ada beberapa pengertian sosial budayamenurut para ahli.
Menurut Andreas Eppink, sosial budaya atau kebudayaan adalah segala sesuatu
atau tata nilai yang berlaku dalam sebuah masyarakat yang menjadi ciri khas
dari masyarakat tersebut. Sedangkan menurut Burnett, kebudayaan adalah
keseluruhan berupa kesenian, moral, adat istiadat, hukum, pengetahuan,
kepercayaan, dan kemampuan olah pikir dalam bentuk lain yang didapatkan
seseorang sebagai anggota masyarakat dan keseluruhan bersifat kompleks. Dari
kedua pengertian tersebut bisa disimpulkan bahwa sosial budaya memang mengacu
pada kehidupan bermasyarakat yang menekankan pada aspek adat istiadat dan
kebiasaan masyarakat itu sendiri.
- Sosial Budaya dalam pandangan Masyarakat
1.
Jenis Sosial
Budaya dalam Masyarakat
Ada
beberapa realitas sosial budaya yang terdapat di masyarakat, antara lain:
a.
Masyarakat
Masyarakat
adalah sekumpulan manusia yang menempati wilayah tertentu dan membina kehidupan
bersama dalam berbagai aspek kehidupan atas dasar norma sosial tertentu dalam
waktu yang cukup lama.
Konsep
masyarakat tidak berdiri sendiri, tetapi erat hubungannya dengan lingkungan.
Hal tersebut berarti bahwa ketika seseorang berinteraksi dengan sesamanya, maka
lingkungan menjadi faktor yang mempengaruhi sikap-sikap, perasaan, perlakuan
dan kebiasaan-kebiasaan yang ada di lingkungannya.
b.
Interaksi
sosial
Interaksi
sosial adalah hubungan dan pengaruh timbal balik antarindividu, antara
individu dan kelompok, serta antar kelompok.
c.
Status dan
peran
Status
merupakan posisi seseorang dalam masyarakat dan bersifat statis. Sedangkan
peran adalah pola tindakan atau perilaku dari orang yang memiliki status
tertentu. Peran merupakan aspek masyarakat yang bersifat dinamis. Status dan
peran tidak dapat dipisahkan, keduanya saling beriingan. Misalnya, status
seorang sultan mengharusakan ia berperan sebagai tokoh panutan masyarakat.
d.
Nilai
Nilai
adalah segala sesuatu yang dianggap baik dan benar oleh anggota masyarakat dan
merupakan sesuatu yang diidam-idamkan. Pergeseran nilai akan mempengaruhi
kebiasaan (folkways) dan tata kelakuan (mores).
e.
Norma
Norma
merupakan wujud konkret dari nilai sosial. Norma dibuat untuk melaksanakan
nilai-nila yang ada dalam masyarakat yang telah dianggap baik dan benar. Norma
biasanya disertai dengan sanksi, agar norma dipatuhi oleh semua warga
masyarakat.
Ada
empat macam norma yang ada dalam masyarakat, antara lain: Norma agama, yaitu
petunjuk hidup yang berupa perintah dan larangan yang berasal dari Tuhan.Norma
adat atau kebiasaan, yaitu norma yang berkaitan dengan sistem penyelenggaraan
hidup yang terjadi secara berulang-ulang karena dibakukan dan diyakini sebagai
sesuatu yang baik.Norma kesusilaan atau kesopanan, yaitu tuntutan perilaku yang
harus dipatuhi oleh setiap warga masyarakat. Norma ini memiliki substansi pokok
mengenai penghargaan terhadap harkat dan martabat orang lain.Norma hukum, yaitu
norma masyarakat yang dibuat oleh lembaga-lembaga berwenang seperti MPR, DPR,
dan pemerintah. Norma hukum lebih bersifat memaksa daripada norma-norma yang
lainnya.
f.
Lembaga
sosial (pranata sosial)
Lembaga
merupakan suatu sistem norma untuk mencapai suatu tujuan yang oleh masyarakat
dianggap penting. Ada lima lembaga dasar yang terdapat dalam masyarakat, yaitu
lembaga keluarga, lembaga keagamaan, lembaga pemerintahan, lembaga
perekonomian, dan lembaga pendidikan.
g.
Sosialisasi
Sosialisasi
merupakan proses individu belajar berinteraksi di tengah-tengah masyarakat.
Melalui proses sosialisasi, seorang individu akan akan memperoleh
pengetahuan-pengetahuan, nilai-nilai, dan norma-norma yang akan membekalinya
dalam proses pergaulan.
h.
Perilaku
menyimpang
Perilaku
menyimpang merupakan bentuk perilaku masyarakat yang tidak sesuai dengan nilai
dan norma yang berlaku. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan perilaku
menyimapang, yaitu :
1)
Tidak
berfungsinya aparat penegak hukum.
2)
Memburuknya
situasi sosial budaya masyarakat.
3)
Tidak berhasilnya
proses pewarisan budaya.
4)
Proses
sosialisasi yang tidak sempurna atau tidak lengkap, serta karena proses
sosialisasi terhadap sub-subkebudayaan yang menyimpang.
i.
Pengendalian
sosial
Setiap
masyarkat menginginkan adanya suatu ketertiban agar tata hubungan antarwarga
masyarakat dapat berjalan secara tertib dan lancar. Oleh karena itu masyarakat
menciptakan norma sebagai pedoman perilaku yang pelaksanaannya memerlukan suatu
bentuk pegawasan dan pengendalian. Usaha yang dilakukan agar masyarakat berperilaku
sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku disebut pengendalian sosial.
j.
Proses sosial
Proses
sosial merupakan proses interaksi dan komunikasi antarkomponen masyarakat dari
waktu ke waktu hingga mewujudkan suatu perubahan. Dalam suatu proses sosial terdapat
komponen-komponen yang saling terkait satu sama lain, yaitu:
Struktur
sosial, yaitu susunan masyarakat secara komprehensif yang menyangkut
individu-individu, tata nilai, organisasi sosial, dan struktur budayanya.
Struktur sosial merupakan suatu bangunan masyarakat yang abstrak dan menentukan
bagaimana corak gerakan masyarakat itu menuju suatu perubahan.Interaksi sosial,
yaitu keseluruhan jalinan antarwarga masyarakat,baik secara individu maupun
secara kelompok dalam menyelenggarakan kehidupannya.Struktur alam lingkungan
yang meliputi letak, bentang alam, iklim, flora dan fauna.
k.
Perubahan
sosial budaya
Perubahan
sosial budaya adalah perubahan struktur sosial dan budaya akibat adanya
ketidaksesuaian di antara unsur-unsurnya sehingga memunculkan suatu corak
sosial budaya baru yang dianggap ideal.
2.
Sosial Budaya
Dalam Bermasyarakat
Dalam perjalanan hidup Anda pasti banyak mengalami perubahan. Mungkin
Anda sendiri tidak menyadari segala perubahan itu. Akan tetapi, apabila
kemudian Anda membandingkan antara kehidupan sekarang dan kehidupan yang dahulu
mungkin Anda menyadari adanya perubahan, walaupun hanya sedikit yang berubah.
Demikian pula halnya dengan kehidupan masyarakat. Di dalam masyarakat
yang merupakan kumpulan manusia, tentu akan mengalami perubahan karena ada
dinamika sosial di dalamnya yang menandakan adanya kehidupan. Perubahan dalam
suatu masyarakat dapat berlangsung dengan cepat atau
lambat. Ada perubahan yang banyak memberikan pengaruh dan ada pula
yang tidak.
Perubahan sosial budaya dan perubahan budaya merupakan dua hal yang
sulit bahkan tidak bisa dipisahkan, karena perubahan budaya bisa di timbulkan
akibat perubahan sosial atau juga sebaliknya perubahan sosial bisa timbul
akibat perubahan budaya.
Saat ini, ketika teknologi komunikasi semakin modern, teknologi
komunikasi banyak memperngaruhi terjadinya perubahan. Informasi semakin lama
semakin mudah didapat dan komunokasi pun menjadi lebih mudah dilakukan.
Penemuan-penemuan baru di bidang teknologi yang terjadi di suatu tempat dapat
dengan cepat di ketahui oleh masyarakat lain yang jauh dari tempat tersebut.
Sejumlah ahli mengemukakan pendapatnya tentang perubahan
sosial. Willam F. Ogburntidak memberikan pengertian konkret, apa itu
perubahan sosial. Ia mengemukakan tentang ruang lingkup perubahan sosial.
Menurutnya, perubahan sosial mencangkup unsure-unsur kebudayaan, baik yang
material maupun yang immaterial, terutama menekankan pengaruh yang besar dari
unsur-unsur kebudayaan material terhadap kebudayaan immaterial.
Adapun Mac Iver lebih senang membedakan
antara utilitarian elements dan cultural elements yang did dasarkan
pada kepentingan-kepentingan manusia yang primer dan sekunder.Semua kegiatan
dan ciptaan manusia dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori
tersebut.sebuah mesin ketik,alat pencetak,computer atau system keuangan
merupakan utilitarian elements karena manusia tidak menginginkan benda-benda
tersebut dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhannya.
Adapun cultural elements merupakan ekspresi dari jiwa yang
terwujud dalam cara-cara hidup dan berpikir,pergaulan hidup, seni
kesusastraan,agama,rekreasi,dan hiburan. Sebuah potret,film,drama,dan filsafat
termasuk Cultural elements karena hal-hal tersebut secara
langsung memenuhi kebutuhan manusia. Oleh karena itu, perubahan sosial
dalam pandangan Mac Iver di katakana sebagai perubahan-perubahan
dalam jubungan sosial atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan hubungan
sosial.
Sesuai dengan hasil kajian yang telah dilakukan, konsep mengenai
aspek-aspeksosial budaya--meskipun batas-batasnya tidak tegas benar--dapat
dibedakan ke dalam aspek-aspek sosial dan aspek-aspek budaya. Berkenaan
dengan hal itu, konsep mengenai aspek-aspek sosial yang dimaksud,
antara lain, sebagai berikut:
(1)
Tempat
komunikasi berlangsung
(2)
Tujuan
komunikasi
(3)
Peserta komunikasi,
yang meliputi status sosial, pendidikan, usia, dan jenis kelaminnya
(4)
Hubungan
peran dan hubungan sosial di antara peserta komunikasi, termasuk relasi,
ada-tidaknya hubungan kekerabatan, dan tingkat keakraban peserta komunikasi
(5)
Topik
pembicaraan
(6)
Situasi
komunikasi
(7)
Waktu
berlangsungnya komunikasi
(8)
Domain atau
ranah pembicaraan
(9)
Sarana
komunikasi yang digunakan
(10)
Ragam bahasa
atau variasi bahasa
(11)
Penggunaan
sistem sapaan
(12)
Peristiwa
tutur (misalnya kuliah, pesta ulang tahun, upacara perkawinan, dsb.)
Agak berbeda
dengan itu, aspek-aspek budaya yang diharapkan ada di dalam buku-buku
bahan ajar MIPA adalah sebagai berikut.
(1)
Benda-benda budaya (artifact)
(2)
Gerak-gerik anggota badan (kinesics)
(3)
Jarak fisik ketika berkomunikasi (proxemics)
(4)
Kontak pandangan mata ketika berkomunikasi
(5)
Penyentuhan (kinesthesics)
(6)
Adat-istiadat atau kebiasaan-kebiasaan yang berlaku di masyarakat
(7)
Sistem nilai yang berlaku di masyarakat
(8)
Sistem religi yang dianut masyarakat
(9) Mata
pencarian penduduk
(10)
Kesenian
(11)
Pemanfaatan waktu
(12)
Cara berdiri, cara duduk, dan cara menghormati orang lain
(13)
Keramah-tamahan, tegur sapa, dan basa-basi
(14)
Pujian
(15)
Hal-hal yang tabu dan pantang
(16)
Gotong royong dan tolong-menolong
(17)
Sopan santun, termasuk penggunaan eufemisme
C.
Sosial Budaya dalam perspektif Pedagogik
1.
Tinjauan
Sosial Budaya dan Pedagogik
Pembelajaran selalu mengandung nilai yang berlaku dalam masyarakat.
Disamping itu, keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi juga oleh
lingkungan (sosial). Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik dan
kekayaan budayanya, harus menjadi dasar dan acuan untuk mencapai keberhasilan
pembelajaran. Telah jelas bagi kita bahwa pembelajaran dan pendidikan memegang
peranan yang sangat besar terhadap penyampaian kebudayaan, proses sosialisasi
individu dan bahkan rekostruksi masyarakat. Meskipun sering kali menemui
kesulitan tentang bentuk-bentuk kebudayaan mana patut disampaikan serta kearah
mana proses sosialisai dan bentuk masyarakat yang bagaimana ingin direkonstruksi
sesuai dengan tuntutan masyarakat.
Pedagogik memandang lembaga pendidikan sebagai salah satu struktur
sosial dan kebudayaan dalam suatu masyarakat. Lembaga pendidikan, seperti
sekolah perlu dipersiapkan agar lembaga tersebut berfungsi sesuai dengan
perubahan sosial yang terjadi. Apabila lembaga sekolah tidak dapat mengikuti
perubahan sosial maka dia kehilangan fungsinya dan kemungkinan besar dia
ditinggalkan masyarakat. Fungsi sekolah ialah mentarnsmisikan nilai-nilai yang
hidup di dalam masyarakat dan kebudayaan pada saat itu. Di dalam pedagogik
tradisional, tempat individu adalah sebagai obyek perubahan sosial. Individu
tersebut mempelajari peranan yang baru di dalam kehidupan sosial yang berubah.
Sekolah adalah tempat yang memperoleh legitimasinya dari kehidupan masyarakat
atau pemerintah yang mempunyainya.Perubahan Sosial ditinjau dari Pedagogik
Modern (pedagogik transformatif). Titik tolak dari pedagogik transformatif
ialah “individu-yang-menjadi.” Apa artinya individu-yang-menjadi? Hal ini berarti
seorang individu hanya dapat berkembang di dalam interaksinya dengan tatanan
kehidupan sosial budaya di mana dia hidup. Individu tidak dapat berkembang
apabila diisolasikan dari dunia sosial budaya di mana dia hidup. Hal ini
berarti adanya suatu pengakuan peran aktif partisipatif dari individu yang
menjadi dalam tatanan kehidupan sosial dan budayanya.
Individu bukanlah sekedar menerima nilai-nilai tersebut hanya dapat
dimilikinya melalui peranannya yang aktif partisipatif di dalam aktivitas
sosial budaya dalam lingkungannya.Jadi, berbeda dengan pandangan pedagogik
tradisional yang melihat individu sebagai suatu makhluk yang pasif reaktif,
yang hanya berkembang karena pengaruh-pengaruh dari luar, termasuk pengaruh
dari perubahan sosial yang terjadi dalam lingkungannya.
Dalam pendidikan transformatif, peserta didiklah yang berperan
terjadinya perubahan dalam diri mereka.Adapun peran guru hanyalah sebagai
pendorong dan motivator. Dalam hal ini, kita ingat filosofi Ki Hadjar
Dewantara yang berbunyi: Tut Wuri Handayani artinya dari belakang memberikan
dorongan dan arahan. Hal ini mempunyai makna yang kuat tentang peran dan fungsi
guru.
Para guru perlu berperan sebagai pendorong atau motivator.Mereka juga
perlu berperan sebagai pengarah atau pembimbing yang tidak membiarkan peserta
didik melakukan hal yang kurang sesuai dengan tujuan pendidikan.Dengan
demikian, para guru perlu menjadi fasilitator agar dorongan dan bimbingan dapat
terwujud dalam perubahan perilaku peserta didik.
2.
Peran
dan dukungan Masyarakat di dunia Pendidikan
Sekolah
tidak dapat dipisahkan dari masyarakat, hal ini jelas karena :
a)
Sekolah milik
masyarakat
b)
Sekolah
sebagai mercu penerang dan pusat kebudayaan
c)
Sekolah
bermanfaat bagi kemajuan budaya masyarakat, khususnya pendidikan anak-anak
d)
Masyarakat
memberi dukungan kepada sejumlah sekolah
e)
Perlu ada
badan kerjasama antara sekolah dengan masyarakat dalam menyukseskan pendidikan.
Sebagian
besar masyarakat Indonesia sekarang sudah sadar akan pentingnya pendidikan
untuk meningkatkan hidup dan kehidupan, asumsi mereka adalah makin tinggi
ijazah yang dapat diraih makin cepat dapat pekerjaan serta makin besar gaji
yang diterima.
Tidak banyak yang
menyadari (bahkan oleh pendidik sekalipun) bahwa kebudayaan termasuk pendidikan
di masyarakat, adalah sarana/wadah yang penting dalam proses
pembelajaran untuk mengembangkan anak secara wajar , akibatnya perlu
dilakukannya sejumlah pembenahan, antara lain :
a)
Kerjasama
orang tua, masyarakat, dan pemerintah dalam memperbaiki pendidikan perlu
ditingkatkan.
b)
Pendidikan
nonformal dan pendidikan informal, harus ditangani secara serius,
paling sedikit sama intensitasnya dengan penanganan pendidikan jalur formal.
c)
Kebudayaan,
terutama tayangan televisi, yang paling banyak pengaruhnya terhadap
perkembangan anak dan remaja, perlu ditangani dengan baik agar tidak berdampak
negatif.
d)
Kebudayaan-kebudayaan
negatif yang lain perlu dihilangkan dengan berbagai cara.
Selanjutnya untuk membuat
anak menjadi mandiri dan berkompetensi, yang sebetulnya juga merupakan
cita-cita pendidikan yang telah digariskan, merupakan persoalan metodologi
belajar dan mengajar. Bila dalam belajar mereka sering atau selalu dihadapkan
pada masalah yang nyata terjadi di masyarakat dan diberi kesempatan untuk
memecahkannya, tentu tujuan itu lama-lama akan tercapai. Untuk itu,
dalam masa transisi ini kalau pendidikan akan direorganisasi, perlu
:
1)
Memasukkan
materi pelajaran yang diambil dari keadaan nyata di masyarakat atau keluarga.
2)
Metode
belajar yang mengaktifkan siswa baik individual maupun kelompok.
3)
Beberapa kali
mengadakan survei di masyarakat tentang berbagai kebudayaan.
4)
Ikut
memecahkan masalah masyarakat dan keluarga.
5)
Memberi
kesempatan berinovasi atau kreatif
D.
Masalah Sosial budaya yang berhubungan dengan
Masyarakat dan Dunia Pendidikan
1.
Tawuran Antar
pelajar sebagai salah satu contoh masalah sosial budaya di masyarakat dan
bidang pendidikan
Tawuran pelajar merupakan salah satu bentuk perilaku negatif yang sangat
marak terjadi dikota -kota besar, misalnya Jakarta. Permasalahan remeh dapat menyulut
pertengkaran individual yang berlanjut menjadi perkelaian masal dan tak jarang
melibatkan penggunaan senjata tajam atau bahkan senjata api. Banyak korban yang
berjatuhan, baik karena luka ringan, luka berat, bakan tidak jarang terjadi
kematian. Tawuran ini juga membawa dendam berkepanjangan bagi para pelaku yang
terlibat didalamnya dan sering berlanjut pada tahun-tahun berikutnya.
Hal ini tentunya merupakan fenomena yang sangat memprihatinkan. Generasi
yang diharapkan mampu membawa perubahan bangsa kearah yang lebih baik ternyata
jauh dari harapan. Kondisi ini juga dapat membawa dampak buruk bagi masa depan
bangsa. Lickona menyebutkan beberapa tanda dari perilaku manusia yang
menunjukkan arah kehancuran suatu bangsa antara lain meningkatnya kekerasan
dikalangan remaja, pengaruh kelompok sebaya terhadap tindakan kekerasan, dan
semakin kaburnya pedoman moral.
Fenomena tawuran yang
terjadi di Indonesia beberapa pekan terakhir membuka mata kita kembali akan
maraknya kekerasan dalam pergaulan sosial remaja pelajar Indonesia yang lama
sempat tengelam ditengah hiruk pikuk carut marut pendidikan nasional. Bila
dicermati, respon masyarakat awam maupun kalangan pendidikan terhadap fenomena
tawuran selalu saja mengkambinghitamkan problem-problem sosial di luar sekolah
yang mempengaruhi pembentukan perilaku negatif pelajar. Disinilah letak
penyimpangan intepretasi sosial yang terkadang mewujud kepada penanganan yang
selama ini terbukti tidak efektif mengurangi angka kejadian tawuran pelajar di
Indonesia. Seorang Psikolog tersohor, Maslow, mengkategorikan beberapa motif
perilaku kepada bangunan piramida motivasi manusia. Dalam teori motivasinya,
Maslow menyebutkan bahwa salah satu motivasi tindakan manusia adalah untuk
memperoleh pengakuan eksistensial dari sesamanya. Disinilah titik penting yang
sering terlepas dari kesadaran kritis kita dalam menyoroti fenomena tawuran
antar pelajar selama ini.
Pelajar adalah manusia
yang hidup dalam situasi transisi antara dunia anak menuju dewasa. Disinilah
ruang dimana seorang manusia remaja mulai menyadari kebutuhan-kebutuhan
sosialnya untuk diterima sekaligus diakui oleh komunitas masyarakat
disekitarnya. Ruang baru yang mereka huni tersebut terkadang menuntut hadirnya
kultur solidaritas yang dalam beberapa kasus, bukan tidak mungkin, menyimpang
menjadi sebuah sikap fanatisme dan vandalisme. Inilah mengapa kemunculan
fenomena tawuran selalu diwarnai dengan kehadiran kelompok-kelompok vandalistik
(baca: gank) yang biasanya mengundang perasaan-perasaan fanatisme berlebih dari
setiap anggotanya.
Banyak sekali alasan yang
bisa menjadikan tawuran antar-pelajar terjadi. Pelajar sering kali tawuran
hanya karena masalah sepele, seperti saling ejek, berpapasan di bus, pentas
seni, atau pertandingan sepak bola. Bahkan, yang baru terjadi awal bulan ini,
tawuran dipicu saling ejek di Facebook, yang kemudian sampai menyebabkan nyawa
seorang pelajar melayang. Padahal, jejaring sosial, kan, hanya untuk having
fun, bukan untuk menjadi pemicu tawuran.
Tak jarang disebabkan
oleh hanya saling menatap antar sesama pelajar yang berbeda sekolahan. Bahkan
saling rebutan wanita pun bisa menjadi pemicu tawuran. Dan masih banyak lagi
sebab-sebab lainnya. Selain alasan-alasan yang spontan, ada juga tawuran
antar-pelajar yang sudah menjadi tradisi.
Dari jajak
pendapat Kompas pada bulan Oktober, dengan responden di 12 kota di Indonesia,
diketahui sebanyak 17,5 persen responden mengakui bahwa saat dia bersekolah
SMA, sekolahnya pernah terlibat tawuran antar-pelajar. Tidak sedikit pula
responden atau keluarga responden yang mengaku pada masa bersekolah terlibat
tawuran atau perkelahian massal pelajar. Jumlahnya mencapai 6,6 persen atau
sekitar 29 responden.
Di antara pelajar laki-laki, tawuran seperti sudah
menjadi tradisi yang harus dilakukan. Kalau enggak tawuran, enggak jantan,
enggak keren, enggak mengikuti perkembangan zaman, atau banyak lagi anggapan
lain.
Dosen Psikologi Universitas Indonesia, Winarini
Wilman, dalam diskusi bersama Litbang Kompas, bulan lalu, mengatakan, fenomena
tawuran pelajar di Jakarta sudah terjadi selama puluhan tahun. Dari kacamata
psikologis, ujar Winarini, tawuran merupakan perilaku kelompok. Ada sejarah,
tradisi, dan cap yang lama melekat pada satu sekolah yang lalu terindoktrinasi
dari siswa senior kepada yuniornya.
Tawuran lebih sering
terjadi di jalanan, jauh dari sekolah. Tawuran juga sering kali terjadi di
titik yang sama dan waktu yang sama. Aparat keamanan pun sering berjaga di
titik tersebut, tetapi siswa yang hendak tawuran selalu bisa mencari cara untuk
tetap tawuran.
Dalam penelitian untuk disertasi berjudul ”Student
Involvement in Tawuran: A Social-psychological Interpretation of Intergroup
Fighting among Male High School Students in Jakarta”, tahun 1996-1997, Winarini
menemukan adanya fenomena barisan siswa (basis) yang terdiri atas 10-40 siswa.
Mereka bersama-sama pergi dan pulang sekolah naik bus umum. Basis itu terbentuk
berdasarkan keyakinan bahwa mereka akan diserang oleh sekolah musuh bebuyutan
mereka (Kompas, 26/11).
2.
Dampak karena
tawuran pelajar
a.
Kerugian fisik,
pelajar yang ikut tawuran kemungkinan akan menjadi korban. Baik itu
cedera ringan, cedera berat, bahkan sampai kematian
b.
Masyarakat
sekitar juga dirugikan. Contohnya : rusaknya rumah warga apabila pelajar yang
tawuran itu melempari batu dan mengenai rumah warga
c.
Terganggunya
proses belajar mengajar
d.
Menurunnya
moralitas para pelajar
e.
Hilangnya
perasaan peka, toleransi, tenggang rasa, dan saling menghargai
E.
Upaya Mengatasi masalah sosial budaya di masyarakat
dan pendidikan
Berikut ini beberapa upaya dalam mengatasi masalah
sosial budaya di masyarakat dan pendidikan :
1)
Bekali dengan pengetahuan agama sebanyak-banyaknya.
Di sekolah memang kita diajarkan juga pelajaran Agama, tapi spaling lama 2 jam
seminggu, belum dibareng di dengan maen-maen, dan juga pelajaran Agama
disekolah lebih terfokus ke Nilai akhir ketika ujian (ahlak mah jauh), mungkin
karna faktor inilah (kurangnya kesadaran beragama para siswa ) yang membuat
para pelajar tidak punya pegangan untuk bisa menahan diri dalam pergaulan antar
siswa. Ini juga bisa menjadi pesan serius untuk para orang Tua, untuk jangan
hanya mengarahkan anak anak mereka untuk berprestasi dalam pelajaran-pelajaran
dunia saja, akan tetapi harus diimbangi dengan prestasi ahlak dan budi pekerti
dengan mengarahkan anak anak mereka untuk belajar agama di luar waktu sekolah
2)
Pengawasan
orang Tua. Tidak perlu menyewa intelegen khusus untuk melakukan tugas ini.
Dengan menjalin komonikasi yang baik dengan anak, saya yakin sudah cukup
membentengi anak dari pengaruh negatif lingkungannya.
3)
Mengikuti
kegiatan tambahan di sekolah. Mengikuti kegiatan kegiatan luar sekolah saya
kira sangat ampuh untuk menyalurkan energi berlebih pada diri siswa. Jika boleh
kasih saran sama orang tua [jika ada yang kebetulan baca] masukkan anak-anak
anda ke kegiatan luar sekolah seperti Bela Diri, bukan untuk mengajar mereka
berkelahi (walaupun sebenarnya wajib diajarkan), akan tetapi menurut pengalaman
saya pribadi, semakin pinter seseorang berkelahi, semakin ingin mereka menjauhi
perkelahian tersebut. Cerita dikit, saya belajar bela diri sudah hampir 10
tahun lamanya, tepatnya beladiri kung fu, tapi semakin lama saya belajar, saya
semakin takut untuk terlibat dalam perkelahian, terutama perkelahian fisik,
begitupun juga dengan sifu sifu saya, mereka nyaris tidak pernah ikut
perkelahian, walaupun ada beberapa tapi sebatas pembelaan diri saja. Dan saya
kira jika anda sudah pernah belajar beladiri (bukan yang setengah setengah,
karna biasanya yang belajar setengah setengah sering membuat ulah) anda sudah
faham akan hal tersebut, karna ILMU PADI berlaku juga di sini.
4)
Jangan mudah
terprovokasi. teliti, cermati dan gali setiap informasi yang kita dengar, dan
kita lihat, sebelum mengambil tindakan terhadap permasalahan tersebut.
5)
Pengawasan
sekolah. Sekolah bisa saja membuat aturan aturan khusus kepada siswanya untuk
bisa meminimalisir terjadinya ketegangan siswa antar sekolah, Terutama buat
sekolah sekolah yang jaraknya berdekatan.
6)
Hindari
nongkrong habis pulang sekolah. Nongkrong habis pulang sekolah sering menjadi
pemicu awal terjadinya pertikaian antar sekolah. Jika suatu kelompok siswa
bertemu dengan kelompok siswa dari sekolah lainnya, rentan sekali terjadi
gesekan gesekan yang bisa memicu tawuran antar pelajar.
7)
Jalin
silaturrahmi antar sekolah, bisa dengan cara mengadakan pertandingan
pertandingan olah raga antar sekolah. TAPI..........Perlu menjadi catatan,
sangat tidak di anjurkan melakukan pertandingan antar sekolah untuk oleh raga
yang bersentuhan langsung dengan para pemainnya, seperti sepak bola contohnya, karna
menurut pengalaman, berawal dari cidera pemain yang tersenggol pemain lawan,
timbul ap-api dendam dalam diri siswa untuk melanjutkan pertandingan tersebut
ke arena tawuran.
8)
Pesan untuk
pemerintah daerah. Pembangungan sekolah sekolah jangan sampe terlalu berdekatan
lah, supaya tidak mudah terjadi gesekan antar pelajar nantinya.
9)
Awasi
kendaraan yang digunakan Siswa. Pengalaman kenalpot motor siwa banyak yang
suaranya membludak memekakkan telinga (maklum jiwa alay masih sangat kuat ) dan
ketika yang mpunya motor melewati kawanan siswa dari sekolah lain, sering ada
yang tersinggu (padahal cuman lewat doang) dan dari sana juga sering timbul
pertikain.
10) Memfasilitasi para pelajar untuk baik dilingkungan
rumah atau dilingkungan sekolah untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang
bermanfaat diwaktu luangnya.
F.
Program
Program kegiatan sosial
budaya dalam pespektif pedagogik adalah :
1.
Kegiatan
Ekstrakurikuler/Tambahan
Kegiatan
Ekstrakurikuler adalah kegiatan non-pelajaran formal yang dilakukan peserta
didik sekolah atau universitas, umumnya di luar jam belajar kurikulum standar.
Kegiatan-kegiatan ini ada pada setiap jenjang pendidikan dari sekolah dasar
sampai universitas
dengan adanya kegiatan
ekstrakurikuler (tambahan) bisa mengurangi kenakalan remaja, sehingga kenakaln-kenakalan
remaja bisa berkurang, Berikut ini adalah nama-nama ekskul yang umumnya ada di
institusi pendidikan formal, yakni :
a.
Ekstrakurikuler Pramuka
b.
Ekstrakurikuler Rohis
c.
Ekstrakurikuler
Paskibra
d.
Ekstrakurikuler PMR
e.
Ekstrakurikuler Club
Bahasa
f.
Ekstrakurikuler /
Ekskul Olahraga :
-
Sepak Bola
-
Bola Basket
-
Bola Voli
-
Futsal
-
Tenis Meja
-
Bulutangkis
-
Renang
g.
Ekstrakurikuler /
Ekskul Seni Beladiri :
- Karate
- Silat
- Tae Kwon Do
- Gulat
- Tarung Drajat
h.
Ekstrakurikuler /
Ekskul Seni Musik
-
Band
-
Paduan Suara
-
Orkestra
-
Drumband / Marchingband
-
Akapela
-
Angklung
-
Nasyid
-
Qosidah
-
Karawitan
i.
Ekstrakurikuler /
Ekskul Seni Tari Dan Peran
-
Cheerleader
-
Modern Dance / Tari
Modern
-
Tarian Tradisional
-
Teater
j.
Ekstrakurikuler /
Ekskul Seni Media
-
Jurnalistik
-
Majalah Dinding /
Mading
-
Redio Komunikasi
-
Fotografi
-
Sinematrografi
2.
Bimbingan
Konseling
bimbingan dan konseling yaitu
suatu bantuan yang diberikan oleh konselor kepada konseli agar konseli mampu
menyelesaikan masalah yang dihadapinya dan juga mampu mengembangkan potensi
yang dimilikinya.
Dimana Bimbingan Konseling ini memiliki
beberapa tujuan yaitu :
a.
Tujuan bimbingan dan konseling yang
terkait dengan aspek pribadi-sosial konseli adalah:
·
Memiliki komitmen yang kuat dalam
mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik
dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya,
Sekolah/Madrasah, tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya.
·
Memiliki sikap toleransi terhadap umat
beragama lain, dengan saling menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya
masing-masing.
·
Memiliki pemahaman tentang irama
kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang menyenangkan (anugrah) dan yang
tidak menyenangkan (musibah), sertadan mampu meresponnya secara positif sesuai
dengan ajaran agama yang dianut.
·
Memiliki pemahaman dan penerimaan diri
secara objektif dan konstruktif, baik yang terkait dengan keunggulan maupun
kelemahan; baik fisik maupun psikis.
·
Memiliki sikap positif atau respek
terhadap diri sendiri dan orang lain.
·
Memiliki kemampuan untuk melakukan
pilihan secara sehat
·
Bersikap respek terhadap orang lain,
menghormati atau menghargai orang lain, tidak melecehkan martabat atau harga
dirinya. Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk komitmen
terhadap tugas atau kewajibannya.
·
Memiliki kemampuan berinteraksi sosial
(human relationship), yang diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan,
persaudaraan, atau silaturahim dengan sesama manusia.
·
Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan
konflik (masalah) baik bersifat internal (dalam diri sendiri) maupun dengan
orang lain.
·
Memiliki kemampuan untuk mengambil
keputusan secara efektif.
b.
Tujuan bimbingan dan konseling yang
terkait dengan aspek akademik (belajar) adalah :
·
Memiliki kesadaran tentang potensi diri
dalam aspek belajar, dan memahami berbagai hambatan yang mungkin muncul dalam
proses belajar yang dialaminya.
·
Memiliki sikap dan kebiasaan belajar
yang positif, seperti kebiasaan membaca buku, disiplin dalam belajar, mempunyai
perhatian terhadap semua pelajaran, dan aktif mengikuti semua kegiatan belajar
yang diprogramkan.
·
Memiliki motif yang tinggi untuk
belajar sepanjang hayat.
·
Memiliki keterampilan atau teknik
belajar yang efektif, seperti keterampilan membaca buku, mengggunakan kamus,
mencatat pelajaran, dan mempersiapkan diri menghadapi ujian.
·
Memiliki keterampilan untuk menetapkan
tujuan dan perencanaan pendidikan, seperti membuat jadwal belajar, mengerjakan
tugas-tugas, memantapkan diri dalam memperdalam pelajaran tertentu, dan
berusaha memperoleh informasi tentang berbagai hal dalam rangka mengembangkan
wawasan yang lebih luas.
·
Memiliki kesiapan mental dan kemampuan
untuk menghadapi ujian.
c.
Tujuan bimbingan dan konseling yang
terkait dengan aspek karir adalah :
§ Memiliki
pemahaman diri (kemampuan, minat dan kepribadian) yang terkait dengan
pekerjaan.
§ Memiliki
pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karir yang menunjang kematangan
kompetensi karir.
§ Memiliki
sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja dalam bidang
pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri, asal bermakna bagi dirinya, dan
sesuai dengan norma agama.
§ Memahami
relevansi kompetensi belajar (kemampuan menguasai pelajaran) dengan persyaratan
keahlian atau keterampilan bidang pekerjaan yang menjadi cita-cita karirnya
masa depan.
§ Memiliki
kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara mengenali ciri-ciri
pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut, lingkungan sosiopsikologis
pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan kerja.
§ Memiliki
kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan secara rasional
untuk memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat, kemampuan, dan kondisi
kehidupan sosial ekonomi.
§ Dapat
membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan arah karir. Apabila seorang
konseli bercita-cita menjadi seorang guru, maka dia senantiasa harus mengarahkan
dirinya kepada kegiatan-kegiatan yang relevan dengan karir keguruan tersebut.
§ Mengenal
keterampilan, kemampuan dan minat. Keberhasilan atau kenyamanan dalam suatu
karir amat dipengaruhi oleh kemampuan dan minat yang dimiliki.
Dan masih banyak lagi kegiatan-kegiatan yang menyangkut sosial budaya
dalam perspektif kognitif yang bermanfaat.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Permasalah sosial budaya yang terjadi masyarakat dari
perkembangan zaman terus terjadi, yang merambah kedunia pendidikan, maraknya
perkelahian antar pelajar yang menjadi permasalahan sosial budaya yang terdapat
di sekitar masayarakat membuat para pihak pendidikan, orang tua, serta
masyarakat sadar akan dampak yang di dapatkan serta dirasakan akan hal
tersebut. Berdasarkan perspektif pedagogik perlunya kerjasama antara pihak
terkait seperti orang tua, masyarakat serta pemerintah dalam memperbaiki
pendidikan sekarang. Sekolah sebagai lembaga pendidikan harus berfungsi sesuai
dengan perubahan sosia karena jika tidak dapat mengikuti perubahan sosial maka
suatu lembaga akan kehilangan funsinya dan kemungkinan akan ditinggalkan oleh
masyarakat.oleh karena itu, ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah yang sosial budaya di masyarakat dan pendidikan yaitu
perlunya pembekalan anak dengan pengetahuan agama sebanyak- banyaknya serta
pengawasan orang tua dengan menjalin komunikasi yang baik dengan anak sehingga
cukup membekali anak dari pengaruh negatif lingkungan. Melalui pengawasan
sekolah, sekolah dapat membuat aturan- aturan khusus kepada siswa untuk bisa
meminimalisir terjadinya ketegangan siswa antar sekolah.kemudian beri anak
pengertian akan “ hindari nongkrong sehabis pulang sekolah” karena hal tersebut
sering menjadi pemicu awal terjadinya pertikaian antar sekolah selain itu
fasilitasi anak untuk baik di lingkungan sekolah maupun rumah untuk melakukan
kegiatan –kegiatan ynag bermanfaat sehingga dengan demikin dapat meminimalkan/
mencegah terjadinya permasalahn sosial budaya yang terjadi dikalangan pelajar.
B. Saran
Bagi
pendidikan :
1.
Bekali dengan pengetahuan agama seoptimal mungkin.
2.
Mengikutsertakan
anak- anak dalam mengikuti kegiatan luar sekolah misalnya bela diri bukan untuk
mengajar mereka berkelahi (walaupun sebenarnya wajib diajarkan), akan tetapi
menurut pengalaman ,semakin pinter seseorang berkelahi, semakin ingin mereka
menjauhi perkelahian tersebut.
3.
Pengawasan
sekolah. Sekolah bisa saja membuat aturan aturan khusus kepada siswanya untuk
bisa meminimalisir terjadinya ketegangan siswa antar sekolah
Bagi para orang Tua
1.
untuk
jangan hanya mengarahkan anak anak mereka untuk berprestasi dalam
pelajaran-pelajaran dunia saja, akan tetapi harus diimbangi dengan prestasi
ahlak dan budi pekerti dengan mengarahkan anak anak mereka untuk belajar agama di
luar waktu sekolah
2.
pengawasan
orang tua dengan menciptakan komunikasi baik dengan anak
3.
Kebudayaan,
terutama tayangan televisi, yang paling banyak pengaruhnya terhadap
perkembangan anak dan remaja, perlu ditangani dengan baik agar tidak berdampak
negatif
Daftar
Pustaka
Guru
Fenk. Perubahan Sosial dan Pendidikan. http://japarlotim.blogspot.co.id/2015/03/perubahan-sosial-dan-pendidikan.html
Diakses tanggal 2 Desember 2015 pukul 20.00
Hartono, Agung.2006. Perkembangan Peserta Didik. (Jakarta:
Rineka Cipta Jakarta).
Hakiim Lukmanul,Drs,M.Pd Perencanaan Pembelajaran.
(Bandung : CV Wacana Prima,2007
Kartini Kartono Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), hlm. 97.
Hidayat Syarif,Dr.H,M.Pd Perkembangan Peserta didik.
(Jakarta : Pustaka Mandiri,2014).
M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan
Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT.Golden Terayon Press, 2005), hlm. 81
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 1994, hlm.226-227
Soekanto
Soerjono, Sosiologi Suatu
Pengantar, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2009),
hlm. 375.
Soetomo.2011.”Masalah sosial dan Upaya
pemecahannya” :Pustaka pelajar.
>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar