DASAR-DASAR PENGETAHUAN



A.      PENGERTIAN
Sebelum membahas lebih jauh apa yang menjadi dasar pengetahuan, terlebih awal yang perlu dipahami apa pengertian dari pengetahuan itu sendiri. (Salahudin, 2011: 14) menyebutkan bahwa pada permulaan pengetahuan adalah cerita dari orang lain untuk yang belum perhah mengalami sebagai wacana pengalaman.
Pengetahuan sendiri mengacu pada dua realitas: pertama kenyataan yang disepakati dan atau kenyataan yang didasarkan pada pengalaman. Berdasarkan hal tersebut maka pengetahuan ada yang diperoleh melalui persetujuan dan melalui pengalaman langsung atau observasi.
Pengetahuan yang merupakan bagian dari filsafat ilmu, mempunyai kajian utama antara lain: dasar-dasar pengetahuan dalam bentuk penalaran, logika, sumber pengetahuan, dan kriteria kenenaran
B.       DASAR-DASAR PENGETAHUAN
2.1 Penalaran
Menurut Andi Hakim Nasoetion , dalam sebuah ceramahnya didepan layar televise, sekiranya binatang mempunyai kemampuan menalar, maka bukan harimau Jawa yang sekarang ini akan dilestarikan supaya jangan punah,melainkan manusia Jawa. Kemampuan menalar ini menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengetahuan yang merupakan rahasia kekuasaan-kekuasaannya.Manusia adalah satu-satunya makhluk hidup yang mengembangkan pengetahuan secara sungguh-sungguh.Binatang juga mempunyai pengetahuan, namun pengetahuan ini terbatas untuk kelangsungan hidupnya.
Pengetahuan  ini mampu dikembangkan manusia disebabkan dua hal utama yakni, pertama, manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatar belakangi informasi tertentu.Kedua, yang menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengetahuan dengan cepat dan mantap , adalah kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu.Secara garis besar cara berpikir seperti ini disebut penalaran. Dua kelebihan inilah yang memungkinkan manusia mengembangkan pengetahuan yakni bahasa bersifat komunikatif dan pikiran yang mampu menalar.Tentu saja tidak semua pengetahuan berasal dari proses penalaran ; sebab berpikir pun tidak semuanya berdasarkan penalaran.
2.1.1  Hakikat Penalaran
Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan yang berupa pengetahuan .Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berpikir dan bukan dengan perasaan, meskipun seperti dikatakan Pascal , hatipun mempunyai logika tersendiri.Penalaran merupakan kegiatan berpikir yang mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran.
2.1.2  Ciri-ciri Penalaran
Ciri pertama ialah adanya suatu pola berpikir yang secara luas dapat disebut logika. Dalam hal ini maka dapat kita katakana bahwa tiap bentuk penalaran mempunyai logikanya sendiri, atau dapat juga disimpulkan bahwa kegiatan penalaran merupakan suatu proses berpikir logis .
ciri kedua dari penalaran adalah sifat analitik dari proses berpikirnya.Penalaran merupakan suatu kegiatan berpikir yang menyadarkan diri kepada suatu analisis dan kerangka bepikir yang dipergunakan untuk analisis tersebut adalah logika penalaran yang bersangkutan.
Berdasarkan Kriteria penalaran tersebut diatas maka dapat kita katakan bahwa tidak semua kegiatan berpikir bersifat logis dan analisis,kita dapat membedakan secara garis besar ciri-ciri berpikir menurut penalaran dan berpikir yang bukan berdasarkan penalaran.Perasaan merupakan suatu penarikan kesimpulan yang tidak berdasarkan penalaran.Kegiatan berpikir juga ada yang tidak berdasarkan penalaran, misalnyainstuisi. Instuisi merupakan suatu kegiatan berpikir yang nonanalitik yang tidak mendasarkan diri kepada suatu pola berpikir tertentu.
2.2 Logika
Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan pengetahuan.Agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu mempunyai dasar kebenaran maka proses berpikir itu harus dilakukan suatu cara penarikan kesimpulan tertentu,atau disebut dengan logika,dimana logika secara luas dapat didefinisikan sebagai “ Pengkajian untuk berpikir secara sahih “ (William S.Sahakin dan Mabel Lewis Sahakin ).Logika berasal dari kata Yunani kuno yaitu logos yang artinya hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa.Secara singkat, logika berarti ilmu, kecakapan atau alat untuk berpikir lurus.Sebagai ilmu, logika disebut sebagai logika Eptime ( latin : logika scientia  )yaitu logika adalah sepenuhnya suatu jenis pengetahuan rasional atau ilmu logika (ilmu pengetahuan ) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir lurus. Logika sebagai cabang filsafat adalah cabang filsafat tentang berpikir, logika membicarakan tentang aturan-aturan berpikir agar dengan aturan-aturan tersebut dapat mengambil kesimpulan yang benar. Dengan mengetahui cara atau aturan –aturan tersebut dapat menghindarkan diri dari kesalahan dalam mengambil keputusan. Menurut Louis O.Kattsoff, logika membicarakan teknik-teknik untuk memperoleh kesimpulan dari suatu perangkat bahan tertentu dan kadang-kadang logika didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan tentang penarikan kesimpulan.
Ada dua jenis penarikan kesimpulan, yaitu logika induktif dan logika deduktif.Logika induktif erat hubungannya dengan penarikan kesimpulan yang bersifat umum, sedangkan logika deduktif yang membantu kita dalam menarik kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi kasus yang bersifat individual (khusus). Induksi merupakan cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual. Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan – pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum. Kesimpulan yang bersifat umum memiliki dua keuntungan , keuntungan pertama ialah bahwa pernyataan yang bersifat umum ini bersifat ekonomis, keuntungan kedua dari pernyataan yang bersifat umum adalah dimungkinkan proses penalaran selanjutnya baik secara induktif maupun secara deduktif. Penalaran deduktif adalah kegiatan berpikir yang sebaliknya dari penalaran induktif. Deduksi adalah cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus. Silogismus disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan . Pernyataan yang mendukung silogismus ini disebut premis yang kemudian dapat dibedakan sebagai premis mayor dan premis minor.
2.3 Sumber Pengetahuan
De omnibus dubitandum ! Segala sesuatu harus diragukan desak Rene Descartes. Namun segala yang ada dalam hidup ini dimulai dengan meragukan sesuatu, Kebenaran adalah pernyataan tanpa ragu ,pada dasarnya terdapat dua cara yang  pokok bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan yang benar. Yang pertama adalah mendasarkan diri kepada rasio dan yang kedua mendasarkan diri kepada pengalaman .
Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui yang diperoleh dari persentuhan panca indera terhadap objek tertentu. Pengetahuan pada dasarnya merupakan hasil dari proses melihat, mendengar, merasakan, dan berfikir yang menjadi dasar manusia dalam bersikap dan bertindak. Partanto Pius dalam kamus Bahasa Indonesia (2001) pengetahuan dikaitkan dengan segala sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses belajar. Pendapat tersebut didukung oleh Daring, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), yang menyebutkan bahwa pengetahuan berarti segala sesuatu yg diketahui; kepandaian: atau segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal (mata pelajaran).
Dari sudut pandang filsafat ilmu, maka batasan tentang terminologi Ilmusains, atau ilmu pengetahuan  adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya. (van Peursen, 2008).
Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu; kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu; dan filsafat dimulai dengan kedua-duanya. (Suriasumantri, 2008: 19). Karena itulah kita dapat menegaskan bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang sudah dan akan terus menerus kita gumuli sejak di bangku sekolah dasar hingga pendidikan tinggi. Berfilsafat tentang ilmu berarti kita berterus terang kepada diri kita sendiri: apakah sebenarnya yang saya ketahui tentang ilmu? Apakah ciri-ciri hakiki yang membedakan ilmu dari pengetahuan-pengetahuan lainnya yang bukan ilmu? Bagaimanakah saya mengetahui bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang benar? Kriteria apa yang kita pakai dalam menentukan kebenaran ilmiah? Mengapa kita mesti mempelajari ilmu? Semua pertanyaan ini tentunya mengantar kita, selaku intelektual, untuk bermuara ke suatu tujuan yang sama “ibarat ilmu padi, makin berisi makin merunduk”, yakni menjadi pribadi yang rendah hati, sama seperti Sokrates sang Perintis filsafat, yakni kekuatan batin untuk melihat diri sesuai dengan kenyataannya. Orang yang rendah hati tidak hanya melihat kelemahannya, melainkan justru juga kekuatannya. (Magnis-Suseno, 2005:148).
2.3.1 Ciri – Ciri Ilmu Pengetahuan
Ada pun ciri-ciri yang bisa dikenali dari sebuah ilmu pengetahuan, di antaranya:
2.3.1.1  Ilmu Pengetahuan Bersifat Empiris
Ilmu pengetahuan bersifat empiris berarti pengetahuan diperoleh berdasarkan pengamatan dan percobaan. Untuk mengetahui apakah pengetahuan yang kita peroleh itu merupakan pengetahuan ilmiah maka kita harus membuktikannya melaui pengamatan dan percobaan serta rangkaian pengalaman yang empirik.
2.3.1.2  Ilmu Pengetahuan Bersifat Sistematis
Ilmu pengetahuan harus memiliki sifat sistematis yang artinya data yang tersusun sebagai kumpulan pengetahuan itu mempunyai hubungan yang teratur, memiliki korelasi. Singkatnya,  antara data yang satu dengan yang lain haruslah satu runutan pemahaman yang terurut dan saling berkaitan.
2.3.1.3  Ilmu Pengetahuan Bersifat Objektif
Ilmu pengetahuan harus bersifat objektif artinya bebas dari prasangka perseorangan dan kesukaan pribadi (vested interests). Prasangka subjektif yang lahir dari persaan individual peneliti menjadikan ilmu itu tidak valid dan karena itu tidak pantas diterima sebagai pengetahuan ilmiah.
2.3.1.4  Ilmu Pengetahuan Bersifat Analitis
Ilmu pengetahuan bersifat analitis artinya berusaha membeda-bedakan pokok soalnya dan peranan dari bagian-bagian itu. Artinya corak ilmiah dari pengetahuan itu tampak dalam batas-batasnya yang bercorak distingtif satu bagian dengan bagian-bagian lainnya.
2.3.1.5. Ilmu Pengetahuan Bersifat Verifikatif
Ilmu pengetahuan bersifat verifikatif artinya dapat diperiksa dan diuji kebenarannya oleh siapa pun. Dapat diuji dan dibuktikan bahwa pasti benar atau dapat dipastikan kebenarannya.

2.3.1.6  Ilmu Pengetahuan Bersifat Universal
Ilmu pengetahuan bersifat universal artinya bahwa di belahan dunia mana pun ilmu pengetahuan itu diterapkan, maka hasilnya akan selalu sama. Misal di Indonesia 1 ditambah 1 sama dengan 2, maka di Arab pun 1 ditambah 1 juga sama dengan 2. Tentunya corak universal dari ilmu pengetahuan itu juga masuk akal dan tidak berubah-ubah oleh kondisi atau kultur manusia di berbagai tempat.
2.3.2  Pengelompokan Ilmu Pengetahuan
Dengan makin kompleksnya dan beragamnya objek penelitian dan kajian ilmu-ilmu modern, maka bidang-bidang ilmu pun makin berkembang. Berikut ini adalah pengelompokan ilm pengetahuan secara umum:
2.3.2.1   Ilmu Alamiah (Natural Science)
Ilmu alamiah atau sering disebut ilmu pengetahuan alam merupakan pengetahuan yang mengkaji tentang gejala-gejala dalam alam semesta, termasuk di muka bumi ini, sehingga terbentuk konsep dan prinsip.
Ilmu alamiah terbagi atas:
Ø  Fisika: ilmu yang mempelajari benda tak hidup dari aspek wujud dengan perubahan yang bersifat sementara. Contoh: bunyi, cahaya, gelombang magnet, teknik kelistrikan, teknik nuklir.
Ø  Kimia: ilmu yang memperlajari benda hidup dan tak hidup dari aspek susunan materi dan perubahan yang bersifat tetap. Kimia secara garis besar terbagi menjadi kimia organic (protein, lemak) dan kimia anorganik (Nac1), hasil ilmu ini dapat diciptakan seperti plastic, bahan peledak.
Ø  Biologi: ilmu yang mempelajari makhluk hidup dan gejala-gejalanya.
Ø  Botani: ilmu yang mempelajari tentang tumbuh-tumbuhan.
Ø  Zoology: ilmu yang mempelajari tantang hewan.
Ø  Morfologi: ilmu yang mempelajari tentang stuktur luar makhluk hidup.
Ø  Anatomi: suatau studi tentang struktur dalam atau bentuk dalam makhluk hidup.
Ø  Fisiologi: studi tentang fungsi atau organ bagian tubuh makhluk hidup.
Ø  Sitologi: ilmu yang mempelajari sel secara mendalam.
Ø  Histologi: studi tentang jaringan tubuh atau organ makhluk hidup yang merupakan serentetan sel sejenis.
Ø  Palaentologi: studi tentang makhluk hidup masa lalu.
2.3.2.2       Ilmu Sosial (Social Science)
Ilmu sosial adalah sekelompok disiplin akademis yang mempelajari aspek-aspek yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya. Ilmu ini berbeda dengan seni dan humaniora karena menekankan penggunaan metode ilmiah dalam mempelajari manusia, termasuk metoda kuantitatif dan kualitatif.
Ilmu sosial, dalam mempelajari aspek-aspek masyarakat secara subjektif, inter-subjektif, dan objektif atau struktural, sebelumnya dianggap kurang ilmiah bila dibanding dengan ilmu alam. Namun sekarang, beberapa bagian dari ilmu sosial telah banyak menggunakan metoda kuantitatif. Demikian pula, pendekatan interdisiplin dan lintas-disiplin dalam penelitian sosial terhadap perilaku manusia serta faktor sosial dan lingkungan yang mempengaruhinya telah membuat banyak peneliti ilmu alam tertarik pada beberapa aspek dalam metodologi ilmu sosial. Penggunaan metoda kuantitatif dan kualitatif telah makin banyak diintegrasikan dalam studi tentang tindakan manusia serta implikasi dan konsekuensinya.
Ilmu sosial terbagi atas:
Ø  Antropologi: ilmu yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatau etnis baru.
Ø  Ekonomi: ilmu yang mempelajari tentang produksi dan pembagian kekayaan dalam masyarakat.
Ø  Geografi: ilmu yang mempelajari lokasi dan variasi keruangan atas fenomena fisik dan manusia di atas pemukaan bumi.
Ø  Hukum: ilmu yang mempelajari system aturan yang telah dilembagakan.
Ø  Linguistic: ilmu yang mempelajari aspek kognitif dan social dari bahasa.
Ø  Pendidikan: ilmu yang mempelajari masalah yang berkaitan belajar, pembelajaran, serta pembentukan karakter dan moral.
Ø  Politik: ilmu yang mempelajari pemerintahan sekelompok manusia (termasuk Negara)
Ø  Psikologi: ilmu yang mempelajari tingkah laku dan proses mental.
Ø  Sejarah: ilmu yang mempelajari tentang masa lalu yang berhubungan dengan umat manusia.
Ø  Sosiologi: ilmu yang mempelajari masyarakat dan hubungan antar manusia di dalamnya.
2.3.2.3       Ilmu Budaya
Ilmu Budaya Dasar adalah pengetahuan yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan.
Pengetahuan budaya bertujuan untuk memahami dan mencari arti kenyataan-kenyataan yang bersifat manusiawi. Untuk mengkaji hal itu digunakan metode pengungkapan peristiwa-peristiwa dan pernyataan-pernyataan yang bersifat unik, kemudian diberi arti. Peristiwa-peristiwa dan pernyatan-pernyataan itu pada umumnya terdapat dalam tulisan-tulisan., Metode ini tidak ada sangkut pautnya dengan metode ilmiah, hanya mungkin ada pengaruh dari metode ilmiah.
Pengetahuan budaya (The Humanities) dibatasi sebagai pengetahuan yang mencakup keahlian (disiplin) seni dan filsafat. Keahlian inipun dapat dibagi-bagi lagi ke dalam berbagai bidang kcahlian lain, seperti seni tari, seni rupa, seni musik, dll. Sedang Ilmu Budaya Dasat (Basic Humanities) adalah usaha yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Dengan perkataan lain Ilmu Budaya dasar menggunakan pengertian-pengertian yang berasal dari berbagai bidang pengetahuan budaya untuk mengembangkan wawasan pemikiran dan kepekaan dalam mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan.
Ilmu budaya dasar berbeda dengan pengetahuan budaya. Ilmu budaya dasar dalam bahasa Inggris disebut dengan Basic Humanities. Pengetahuan budaya dalam bahasa inggris disebut dengan istilah the humanities. Pengetahuan budaya mengkaji masalah nilai-nilai manusia sebagai mahluk betbudaya (homo humanus), sedangkan Ilmu budaya dasar bukan ilmu tentang budaya, melainkan mengenai pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan budaya.
Unsur-unsur kebudayaan:
  •  System religi/kepercayaan 
  • System organisasi kemasyarakatan
  •  Ilmu pengetahuan
  • Bahasa dan kesenian
  • Mata pencaharian hidup
  • Peralatan dan teknologi
Sifat-sifat kebudayaan:
  • Etnosentis
  • Universal
  • Alkuturasi
  • Adaftif
  • Dinamis (flexibel)
  •  Integratif (integrasi)
Demikian perspektif gamblang dan global pembagian wilayah kajian ilmu pengetahuan modern yang bisa diuraikan. Kemungkinan bahwa cabang-cabang dan perkembangan-perkembangan baru akan semakin luas dan kompleks bukanlah hal yang mustahil kini dan di masa mendatang.

2.4     Kriteria Kebenaran
Manusia selalu berusaha menemukan kebenaran.Banyak cara telah ditempuh untuk memperoleh kebenaran, antara lain dengan menggunakan rasio seperti para rasionalis dan melalui pengalaman atau empiris. Struktur pengetahuan manusia menunjukkan tingkatan –tingkatan  dalam hal menangkap kebenaran. Metode ilmiah yang dipakai dalam suatu ilmu tergantung dari objek ilmu yang besangkutan. Macam-macam objek ilmu antara lain fisika-kimia, makhluk hidup, psikis , sosio politis, humanistis dan religious. Filsafat ilmu memiliki tiga cabang kajian yaitu ontology, epistemology dan aksiologi.
2.4.1 Teori kebenaran dalam perspektif filsafat ilmu
Dalam menguji suatu kebenaran diperlukan teori-teori ataupun metode-mtode yang akan berfungsi sebagai penunjuk jalan bagi jalannya pengujian tersebut. Berikut ini beberapa teori tentang kebenaran dalam perspektif filsafat ilmu :
a.    Teori Korespondensi
Teori kebenaran korespondensi adalah teori yang berpandangan bahwa pernyataan-pernyataan adalah benar jika berkorespondensi ( berhubungan ) terhadap fakta yang ada. Kebenaran atau suatu keadaan dikatakan benar jika ada kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pendapat dengan fakta. Suatu proposisi ( ungkapan atau keputusan ) adalah benar apabila terdapat suatu fakta yang sesuai dan menyatakan apa adanya. Teori ini sering diasosiasikan dengan teori-teori empiris pengetahuan. Ujian kebenaran yang didasarkan atas teori korespondensi paling diterima secara luas oleh kelompok realis. Menurut teori ini kebenaran adalah kesetiaan kepada realita obyektif , kebenaran adalah persesuaian antara pernyataan tentang fakta dan fakta itu sendiri, atau antara pertimbangan dan situasi yang dijadikan pertimbangan itu, serta berusaha untuk melukiskannya, karena kebenaran mempunyai hubungan erat dengan pernyataan atau pemberitaan yang kita lakukan tentang sesuatu ( Titus,1987:237 ).
Jadi secara sederhana dapat disimpulkan bahwa berdasarkan teori korspondensi suatu pernyataan adalah benar jika materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkorespondensi ( berhubungan ) dan sesuai dengan objek yang dituju oleh pernyataan tersebut ( Suriasumantri,1990:57), Misalnya jika seorang mahasiswa mengatakan “ matahari terbit dari timur “ maka pernyataan tersebut bersifat factual atau sesuai dengan fakta yang ada matahari terbit dari timur dan tenggelam dari barat.Menurut korespondensi ada atau tidaknya keyakinan tidak mempunyai hubungan langsung terhadap kebenaran atau kekeliruan . Jika sesuatu pertimbangan sesuai dengan fakta , maka pertimbangan ini benar, jika tidak maka pertimbangan itu salah (Jujun, 1990:237)
b.        Teori Koherensi atau konsistensi
Teori kebenaran koherensi adalah teori kebenaran yang didasarkan kepadaa kriiteria koheren atau konsistensi . Pernyataan – pernyataan ini mengikuti atau membawa kepada pernyataan yang lain. Berdasarkan teori ini suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan –pernyataan sebelumnya yang dianggap benar ( Jujun, 1990:55), artinya pertimbangan adalah benar jika pertimbangan itu bersifat konsisten dengan pertimbangan lain yang telah diterima kebenarannya yaitu yang koheren menurut logika.
Suatu kebenaran tidak hanya terbentuk karena adanya koherensi atau konsistensi dengan pernyataan sebelumnya. Dengan kata lain suatu proposisi dilahirkan untuk menyikapi dan menanggapi proposisi sebelumnya secara konsisten serta adanya interkoneksi dan tidak adanya kontradiksi antara keduanya.
Misalnya bila kita mengangap bahwa “ maksiat adalah perbuatan yang dilarang oleh Allah “ adalah suatu pernyataan yang benar maka mencuri dilarang oleh Allah “ adalah benar pula, sebab pernyataan kedua adalah konsisten dengan pernyataan yang pertama. Kelompok idealis , seperti Plato juga filosof modern seperti Hegel , Bradley memperluas prinsip koherensi sehingga meliputi dunia, dengan begitu maka tiap-tipa pertimbangan yang benar dan tiap-tiap system kebenaran yang parsial bersifat terus-menerus dengan keseluruhan realitas dan memperoleh arti dari keseluruhan tersebut  (Titus 1987 :239).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar