A. PENGERTIAN
Sebelum membahas lebih jauh apa yang
menjadi dasar pengetahuan, terlebih awal yang perlu dipahami apa pengertian
dari pengetahuan itu sendiri. (Salahudin, 2011: 14) menyebutkan bahwa pada
permulaan pengetahuan adalah cerita dari orang lain untuk yang belum perhah
mengalami sebagai wacana pengalaman.
Pengetahuan sendiri mengacu pada dua
realitas: pertama kenyataan yang disepakati dan atau kenyataan yang didasarkan
pada pengalaman. Berdasarkan hal tersebut maka pengetahuan ada yang diperoleh
melalui persetujuan dan melalui pengalaman langsung atau observasi.
Pengetahuan yang merupakan bagian dari
filsafat ilmu, mempunyai kajian utama antara lain: dasar-dasar pengetahuan
dalam bentuk penalaran, logika, sumber pengetahuan, dan kriteria kenenaran
B. DASAR-DASAR
PENGETAHUAN
2.1
Penalaran
Menurut Andi Hakim Nasoetion , dalam
sebuah ceramahnya didepan layar televise, sekiranya binatang mempunyai
kemampuan menalar, maka bukan harimau Jawa yang sekarang ini akan dilestarikan
supaya jangan punah,melainkan manusia Jawa. Kemampuan menalar ini menyebabkan
manusia mampu mengembangkan pengetahuan yang merupakan rahasia
kekuasaan-kekuasaannya.Manusia adalah satu-satunya makhluk hidup yang
mengembangkan pengetahuan secara sungguh-sungguh.Binatang juga mempunyai
pengetahuan, namun pengetahuan ini terbatas untuk kelangsungan hidupnya.
Pengetahuan ini mampu
dikembangkan manusia disebabkan dua hal utama yakni, pertama, manusia mempunyai
bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatar
belakangi informasi tertentu.Kedua, yang menyebabkan manusia mampu
mengembangkan pengetahuan dengan cepat dan mantap , adalah kemampuan berpikir
menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu.Secara garis besar cara berpikir
seperti ini disebut penalaran. Dua kelebihan inilah
yang memungkinkan manusia mengembangkan pengetahuan yakni bahasa bersifat
komunikatif dan pikiran yang mampu menalar.Tentu saja tidak semua pengetahuan
berasal dari proses penalaran ; sebab berpikir pun tidak semuanya berdasarkan
penalaran.
2.1.1 Hakikat
Penalaran
Penalaran merupakan suatu proses
berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan yang berupa pengetahuan .Penalaran
menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berpikir dan bukan
dengan perasaan, meskipun seperti dikatakan Pascal , hatipun mempunyai logika
tersendiri.Penalaran merupakan kegiatan berpikir yang mempunyai karakteristik
tertentu dalam menemukan kebenaran.
2.1.2 Ciri-ciri
Penalaran
Ciri pertama ialah adanya suatu pola
berpikir yang secara luas dapat disebut logika. Dalam hal ini maka dapat kita
katakana bahwa tiap bentuk penalaran mempunyai logikanya sendiri, atau dapat
juga disimpulkan bahwa kegiatan penalaran merupakan suatu proses berpikir logis
.
ciri kedua dari penalaran adalah sifat
analitik dari proses berpikirnya.Penalaran merupakan suatu kegiatan berpikir
yang menyadarkan diri kepada suatu analisis dan kerangka bepikir yang
dipergunakan untuk analisis tersebut adalah logika penalaran yang bersangkutan.
Berdasarkan Kriteria penalaran tersebut
diatas maka dapat kita katakan bahwa tidak semua kegiatan berpikir bersifat
logis dan analisis,kita dapat membedakan secara garis besar ciri-ciri berpikir
menurut penalaran dan berpikir yang bukan berdasarkan penalaran.Perasaan
merupakan suatu penarikan kesimpulan yang tidak berdasarkan penalaran.Kegiatan
berpikir juga ada yang tidak berdasarkan penalaran, misalnyainstuisi.
Instuisi merupakan suatu kegiatan berpikir yang nonanalitik yang tidak
mendasarkan diri kepada suatu pola berpikir tertentu.
2.2
Logika
Penalaran merupakan suatu proses
berpikir yang membuahkan pengetahuan.Agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran
itu mempunyai dasar kebenaran maka proses berpikir itu harus dilakukan suatu
cara penarikan kesimpulan tertentu,atau disebut dengan logika,dimana logika
secara luas dapat didefinisikan sebagai “ Pengkajian untuk berpikir secara
sahih “ (William S.Sahakin dan Mabel Lewis
Sahakin ).Logika
berasal dari kata Yunani kuno yaitu logos yang artinya hasil pertimbangan akal
pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa.Secara singkat,
logika berarti ilmu, kecakapan atau alat untuk berpikir lurus.Sebagai ilmu,
logika disebut sebagai logika Eptime ( latin : logika
scientia )yaitu logika adalah sepenuhnya suatu jenis pengetahuan
rasional atau ilmu logika (ilmu pengetahuan ) yang mempelajari kecakapan untuk
berpikir lurus. Logika sebagai cabang filsafat adalah cabang filsafat tentang
berpikir, logika membicarakan tentang aturan-aturan berpikir agar dengan
aturan-aturan tersebut dapat mengambil kesimpulan yang benar. Dengan mengetahui
cara atau aturan –aturan tersebut dapat menghindarkan diri dari kesalahan dalam
mengambil keputusan. Menurut Louis O.Kattsoff, logika membicarakan
teknik-teknik untuk memperoleh kesimpulan dari suatu perangkat bahan tertentu
dan kadang-kadang logika didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan tentang
penarikan kesimpulan.
Ada dua jenis penarikan kesimpulan,
yaitu logika induktif dan logika deduktif.Logika induktif erat
hubungannya dengan penarikan kesimpulan yang bersifat umum, sedangkan logika
deduktif yang membantu kita dalam menarik kesimpulan dari hal yang
bersifat umum menjadi kasus yang bersifat individual (khusus). Induksi
merupakan cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari
berbagai kasus yang bersifat individual. Penalaran secara induktif dimulai
dengan mengemukakan pernyataan – pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang
khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan
yang bersifat umum. Kesimpulan yang bersifat umum memiliki dua keuntungan ,
keuntungan pertama ialah bahwa pernyataan yang bersifat umum ini bersifat
ekonomis, keuntungan kedua dari pernyataan yang bersifat umum adalah
dimungkinkan proses penalaran selanjutnya baik secara induktif maupun secara
deduktif. Penalaran deduktif adalah kegiatan berpikir yang
sebaliknya dari penalaran induktif. Deduksi adalah cara berpikir dimana dari
pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus.
Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang
dinamakan silogismus. Silogismus disusun dari dua buah pernyataan
dan sebuah kesimpulan . Pernyataan yang mendukung silogismus ini disebut premis
yang kemudian dapat dibedakan sebagai premis mayor dan premis minor.
2.3
Sumber Pengetahuan
De omnibus dubitandum ! Segala
sesuatu harus diragukan desak Rene Descartes. Namun segala yang ada dalam hidup
ini dimulai dengan meragukan sesuatu, Kebenaran adalah pernyataan tanpa ragu
,pada dasarnya terdapat dua cara yang pokok bagi manusia untuk
mendapatkan pengetahuan yang benar. Yang pertama adalah mendasarkan diri kepada
rasio dan yang kedua mendasarkan diri kepada pengalaman .
Pengetahuan merupakan
segala sesuatu yang diketahui yang diperoleh dari persentuhan panca indera
terhadap objek tertentu. Pengetahuan pada dasarnya merupakan hasil dari proses
melihat, mendengar, merasakan, dan berfikir yang menjadi dasar manusia dalam
bersikap dan bertindak. Partanto Pius dalam kamus Bahasa Indonesia (2001)
pengetahuan dikaitkan dengan segala sesuatu yang diketahui berkaitan dengan
proses belajar. Pendapat tersebut didukung oleh Daring, dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), yang menyebutkan bahwa pengetahuan berarti segala
sesuatu yg diketahui; kepandaian: atau segala sesuatu yang diketahui berkenaan
dengan hal (mata pelajaran).
Dari
sudut pandang filsafat ilmu, maka batasan tentang terminologi Ilmu, sains,
atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk
menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari
berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar
dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan
membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari
keterbatasannya. (van Peursen, 2008).
Pengetahuan
dimulai dengan rasa ingin tahu; kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu; dan
filsafat dimulai dengan kedua-duanya. (Suriasumantri, 2008: 19). Karena itulah
kita dapat menegaskan bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang sudah dan akan
terus menerus kita gumuli sejak di bangku sekolah dasar hingga pendidikan
tinggi. Berfilsafat tentang ilmu berarti kita berterus terang kepada diri kita
sendiri: apakah sebenarnya yang saya ketahui tentang ilmu? Apakah ciri-ciri
hakiki yang membedakan ilmu dari pengetahuan-pengetahuan lainnya yang bukan
ilmu? Bagaimanakah saya mengetahui bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang benar?
Kriteria apa yang kita pakai dalam menentukan kebenaran ilmiah? Mengapa kita
mesti mempelajari ilmu? Semua pertanyaan ini tentunya mengantar kita, selaku
intelektual, untuk bermuara ke suatu tujuan yang sama “ibarat ilmu padi, makin
berisi makin merunduk”, yakni menjadi pribadi yang rendah hati, sama seperti
Sokrates sang Perintis filsafat, yakni kekuatan batin untuk melihat diri sesuai
dengan kenyataannya. Orang yang rendah hati tidak hanya melihat kelemahannya,
melainkan justru juga kekuatannya. (Magnis-Suseno, 2005:148).
2.3.1 Ciri
– Ciri Ilmu Pengetahuan
Ada pun ciri-ciri yang bisa dikenali dari sebuah ilmu
pengetahuan, di antaranya:
2.3.1.1 Ilmu Pengetahuan Bersifat Empiris
Ilmu pengetahuan
bersifat empiris berarti pengetahuan diperoleh berdasarkan pengamatan dan
percobaan. Untuk mengetahui apakah pengetahuan yang kita peroleh itu merupakan
pengetahuan ilmiah maka kita harus membuktikannya melaui pengamatan dan
percobaan serta rangkaian pengalaman yang empirik.
2.3.1.2 Ilmu Pengetahuan Bersifat Sistematis
Ilmu pengetahuan harus
memiliki sifat sistematis yang artinya data yang tersusun sebagai kumpulan
pengetahuan itu mempunyai hubungan yang teratur, memiliki korelasi.
Singkatnya, antara
data yang satu dengan yang lain haruslah satu runutan pemahaman yang terurut
dan saling berkaitan.
2.3.1.3 Ilmu Pengetahuan Bersifat Objektif
Ilmu pengetahuan harus
bersifat objektif artinya bebas dari prasangka perseorangan dan kesukaan
pribadi (vested interests). Prasangka subjektif yang lahir dari persaan
individual peneliti menjadikan ilmu itu tidak valid dan karena itu tidak pantas
diterima sebagai pengetahuan ilmiah.
2.3.1.4 Ilmu Pengetahuan Bersifat Analitis
Ilmu pengetahuan
bersifat analitis artinya berusaha membeda-bedakan pokok soalnya dan peranan
dari bagian-bagian itu. Artinya corak ilmiah dari pengetahuan itu tampak dalam
batas-batasnya yang bercorak distingtif satu bagian dengan bagian-bagian lainnya.
2.3.1.5. Ilmu Pengetahuan Bersifat Verifikatif
Ilmu pengetahuan
bersifat verifikatif artinya dapat diperiksa dan diuji kebenarannya oleh siapa
pun. Dapat diuji dan dibuktikan bahwa pasti benar atau dapat dipastikan
kebenarannya.
2.3.1.6 Ilmu Pengetahuan Bersifat Universal
Ilmu pengetahuan
bersifat universal artinya bahwa di belahan dunia mana pun ilmu pengetahuan itu
diterapkan, maka hasilnya akan selalu sama. Misal di Indonesia 1 ditambah 1
sama dengan 2, maka di Arab pun 1 ditambah 1 juga sama dengan 2. Tentunya corak
universal dari ilmu pengetahuan itu juga masuk akal dan tidak berubah-ubah oleh
kondisi atau kultur manusia di berbagai tempat.
Dengan makin kompleksnya dan beragamnya
objek penelitian dan kajian ilmu-ilmu modern, maka bidang-bidang ilmu pun makin
berkembang. Berikut ini adalah pengelompokan ilm pengetahuan secara umum:
2.3.2.1 Ilmu
Alamiah (Natural Science)
Ilmu alamiah atau sering disebut ilmu
pengetahuan alam merupakan pengetahuan yang mengkaji tentang gejala-gejala
dalam alam semesta, termasuk di muka bumi ini, sehingga terbentuk konsep dan
prinsip.
Ilmu alamiah terbagi atas:
Ø Fisika:
ilmu yang mempelajari benda tak hidup dari aspek wujud dengan perubahan yang
bersifat sementara. Contoh: bunyi, cahaya, gelombang magnet, teknik
kelistrikan, teknik nuklir.
Ø Kimia:
ilmu yang memperlajari benda hidup dan tak hidup dari aspek susunan materi dan
perubahan yang bersifat tetap. Kimia secara garis besar terbagi menjadi kimia
organic (protein, lemak) dan kimia anorganik (Nac1), hasil ilmu ini dapat
diciptakan seperti plastic, bahan peledak.
Ø Biologi:
ilmu yang mempelajari makhluk hidup dan gejala-gejalanya.
Ø Botani:
ilmu yang mempelajari tentang tumbuh-tumbuhan.
Ø Zoology:
ilmu yang mempelajari tantang hewan.
Ø Morfologi:
ilmu yang mempelajari tentang stuktur luar makhluk hidup.
Ø Anatomi:
suatau studi tentang struktur dalam atau bentuk dalam makhluk hidup.
Ø Fisiologi:
studi tentang fungsi atau organ bagian tubuh makhluk hidup.
Ø Sitologi:
ilmu yang mempelajari sel secara mendalam.
Ø Histologi:
studi tentang jaringan tubuh atau organ makhluk hidup yang merupakan serentetan
sel sejenis.
Ø Palaentologi:
studi tentang makhluk hidup masa lalu.
2.3.2.2 Ilmu
Sosial (Social Science)
Ilmu sosial adalah sekelompok disiplin
akademis yang mempelajari aspek-aspek yang berhubungan dengan manusia dan
lingkungan sosialnya. Ilmu ini berbeda dengan seni dan humaniora karena
menekankan penggunaan metode ilmiah dalam mempelajari manusia, termasuk metoda
kuantitatif dan kualitatif.
Ilmu sosial, dalam mempelajari
aspek-aspek masyarakat secara subjektif, inter-subjektif, dan objektif atau
struktural, sebelumnya dianggap kurang ilmiah bila dibanding dengan ilmu alam.
Namun sekarang, beberapa bagian dari ilmu sosial telah banyak menggunakan
metoda kuantitatif. Demikian pula, pendekatan interdisiplin dan lintas-disiplin
dalam penelitian sosial terhadap perilaku manusia serta faktor sosial dan
lingkungan yang mempengaruhinya telah membuat banyak peneliti ilmu alam
tertarik pada beberapa aspek dalam metodologi ilmu sosial. Penggunaan metoda
kuantitatif dan kualitatif telah makin banyak diintegrasikan dalam studi
tentang tindakan manusia serta implikasi dan konsekuensinya.
Ilmu sosial terbagi
atas:
Ø Antropologi:
ilmu yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatau etnis baru.
Ø Ekonomi:
ilmu yang mempelajari tentang produksi dan pembagian kekayaan dalam masyarakat.
Ø Geografi:
ilmu yang mempelajari lokasi dan variasi keruangan atas fenomena fisik dan
manusia di atas pemukaan bumi.
Ø Hukum:
ilmu yang mempelajari system aturan yang telah dilembagakan.
Ø Linguistic:
ilmu yang mempelajari aspek kognitif dan social dari bahasa.
Ø Pendidikan:
ilmu yang mempelajari masalah yang berkaitan belajar, pembelajaran, serta
pembentukan karakter dan moral.
Ø Politik:
ilmu yang mempelajari pemerintahan sekelompok manusia (termasuk Negara)
Ø Psikologi:
ilmu yang mempelajari tingkah laku dan proses mental.
Ø Sejarah:
ilmu yang mempelajari tentang masa lalu yang berhubungan dengan umat manusia.
Ø Sosiologi:
ilmu yang mempelajari masyarakat dan hubungan antar manusia di dalamnya.
2.3.2.3 Ilmu
Budaya
Ilmu Budaya Dasar adalah pengetahuan
yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang
konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan
kebudayaan.
Pengetahuan budaya bertujuan untuk
memahami dan mencari arti kenyataan-kenyataan yang bersifat manusiawi. Untuk
mengkaji hal itu digunakan metode pengungkapan peristiwa-peristiwa dan
pernyataan-pernyataan yang bersifat unik, kemudian diberi arti.
Peristiwa-peristiwa dan pernyatan-pernyataan itu pada umumnya terdapat dalam
tulisan-tulisan., Metode ini tidak ada sangkut pautnya dengan metode ilmiah,
hanya mungkin ada pengaruh dari metode ilmiah.
Pengetahuan budaya (The Humanities)
dibatasi sebagai pengetahuan yang mencakup keahlian (disiplin) seni dan
filsafat. Keahlian inipun dapat dibagi-bagi lagi ke dalam berbagai bidang
kcahlian lain, seperti seni tari, seni rupa, seni musik, dll. Sedang Ilmu
Budaya Dasat (Basic Humanities) adalah usaha yang diharapkan dapat memberikan
pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan
untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Dengan perkataan lain
Ilmu Budaya dasar menggunakan pengertian-pengertian yang berasal dari berbagai
bidang pengetahuan budaya untuk mengembangkan wawasan pemikiran dan kepekaan
dalam mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan.
Ilmu budaya dasar berbeda dengan pengetahuan
budaya. Ilmu budaya dasar dalam bahasa Inggris disebut dengan Basic Humanities.
Pengetahuan budaya dalam bahasa inggris disebut dengan istilah the humanities.
Pengetahuan budaya mengkaji masalah nilai-nilai manusia sebagai mahluk
betbudaya (homo humanus), sedangkan Ilmu budaya dasar bukan ilmu tentang
budaya, melainkan mengenai pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang
konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan
budaya.
Unsur-unsur
kebudayaan:
- System religi/kepercayaan
- System organisasi kemasyarakatan
- Ilmu pengetahuan
- Bahasa dan kesenian
- Mata pencaharian hidup
- Peralatan dan teknologi
Sifat-sifat
kebudayaan:
- Etnosentis
- Universal
- Alkuturasi
- Adaftif
- Dinamis (flexibel)
- Integratif (integrasi)
Demikian perspektif gamblang dan global
pembagian wilayah kajian ilmu pengetahuan modern yang bisa diuraikan.
Kemungkinan bahwa cabang-cabang dan perkembangan-perkembangan baru akan semakin
luas dan kompleks bukanlah hal yang mustahil kini dan di masa mendatang.
2.4 Kriteria
Kebenaran
Manusia selalu berusaha menemukan
kebenaran.Banyak cara telah ditempuh untuk memperoleh kebenaran, antara lain
dengan menggunakan rasio seperti para rasionalis dan melalui pengalaman atau
empiris. Struktur pengetahuan manusia menunjukkan tingkatan
–tingkatan dalam hal menangkap kebenaran. Metode ilmiah yang dipakai
dalam suatu ilmu tergantung dari objek ilmu yang besangkutan. Macam-macam objek
ilmu antara lain fisika-kimia, makhluk hidup, psikis , sosio politis,
humanistis dan religious. Filsafat ilmu memiliki tiga cabang kajian yaitu
ontology, epistemology dan aksiologi.
2.4.1
Teori kebenaran dalam perspektif filsafat ilmu
Dalam menguji suatu kebenaran
diperlukan teori-teori ataupun metode-mtode yang akan berfungsi sebagai
penunjuk jalan bagi jalannya pengujian tersebut. Berikut ini beberapa teori
tentang kebenaran dalam perspektif filsafat ilmu :
a. Teori
Korespondensi
Teori kebenaran korespondensi adalah
teori yang berpandangan bahwa pernyataan-pernyataan adalah benar jika
berkorespondensi ( berhubungan ) terhadap fakta yang ada. Kebenaran atau suatu
keadaan dikatakan benar jika ada kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh
suatu pendapat dengan fakta. Suatu proposisi ( ungkapan atau keputusan ) adalah
benar apabila terdapat suatu fakta yang sesuai dan menyatakan apa adanya. Teori
ini sering diasosiasikan dengan teori-teori empiris pengetahuan. Ujian
kebenaran yang didasarkan atas teori korespondensi paling diterima secara luas
oleh kelompok realis. Menurut teori ini kebenaran adalah kesetiaan kepada
realita obyektif , kebenaran adalah persesuaian antara pernyataan tentang fakta
dan fakta itu sendiri, atau antara pertimbangan dan situasi yang dijadikan
pertimbangan itu, serta berusaha untuk melukiskannya, karena kebenaran
mempunyai hubungan erat dengan pernyataan atau pemberitaan yang kita lakukan
tentang sesuatu ( Titus,1987:237 ).
Jadi secara sederhana dapat disimpulkan
bahwa berdasarkan teori korspondensi suatu pernyataan adalah benar jika materi
pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkorespondensi ( berhubungan ) dan
sesuai dengan objek yang dituju oleh pernyataan tersebut (
Suriasumantri,1990:57), Misalnya jika seorang mahasiswa mengatakan “ matahari
terbit dari timur “ maka pernyataan tersebut bersifat factual atau sesuai
dengan fakta yang ada matahari terbit dari timur dan tenggelam dari barat.Menurut
korespondensi ada atau tidaknya keyakinan tidak mempunyai hubungan langsung
terhadap kebenaran atau kekeliruan . Jika sesuatu pertimbangan sesuai dengan
fakta , maka pertimbangan ini benar, jika tidak maka pertimbangan itu salah
(Jujun, 1990:237)
b. Teori
Koherensi atau konsistensi
Teori kebenaran koherensi adalah teori
kebenaran yang didasarkan kepadaa kriiteria koheren atau konsistensi .
Pernyataan – pernyataan ini mengikuti atau membawa kepada pernyataan yang lain.
Berdasarkan teori ini suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu
bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan –pernyataan sebelumnya yang
dianggap benar ( Jujun, 1990:55), artinya pertimbangan adalah benar jika
pertimbangan itu bersifat konsisten dengan pertimbangan lain yang telah
diterima kebenarannya yaitu yang koheren menurut logika.
Suatu kebenaran tidak hanya terbentuk
karena adanya koherensi atau konsistensi dengan pernyataan sebelumnya. Dengan
kata lain suatu proposisi dilahirkan untuk menyikapi dan menanggapi proposisi
sebelumnya secara konsisten serta adanya interkoneksi dan tidak adanya
kontradiksi antara keduanya.
Misalnya bila kita mengangap bahwa “
maksiat adalah perbuatan yang dilarang oleh Allah “ adalah suatu pernyataan
yang benar maka mencuri dilarang oleh Allah “ adalah benar pula, sebab
pernyataan kedua adalah konsisten dengan pernyataan yang pertama. Kelompok
idealis , seperti Plato juga filosof modern seperti Hegel , Bradley memperluas
prinsip koherensi sehingga meliputi dunia, dengan begitu maka tiap-tipa
pertimbangan yang benar dan tiap-tiap system kebenaran yang parsial bersifat
terus-menerus dengan keseluruhan realitas dan memperoleh arti dari keseluruhan
tersebut (Titus 1987 :239).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar